Filum
Platyhelminthes – Di dalam kingdom animalia terdapat beberapa filum dan salah
satunya ialah filum Platyhelminthes. Filum Platyhelminthes merupakan
klasifikasi pengelompokan jenis-jenis cacing. Berikut pembahasan filum
Platyhelminthes lebih lengkap!
A. Filum Platyhelminthes
Anggota filum
Platyhelminthes tidak memilki rongga tubuh dan terdiri atas tiga lapisan tubuh
(triploblastik). Oksigen berdifusi secara langsung melalui kulit. Demikian juga
karbon dioksida, berdifusi dari tubuh langsung ke lingkungannya.
Cacing pipih adalah
hewan primitif yang sudah dapat dibedakan bagian kepalanya. Tubuhnya simetri
bilateral. Hewan ini memiliki sensor yang berada di bagian ujung anterior dan
dapat merespons perubahan lingkungan dengan cepat. Dengan sensor cahaya dan
kimiawi, hewan ini dapat bergerak menuju sumber makanan berada.
Sel-sel saraf
Platyhelminthes terkonsentrasi di organ sensor yang terletak di bagian tepi
tubuhnya. Sel-sel saraf menerima informasi dari organ sensornya dan mengirim
informasi tersebut ke bagian lain dari tubuh. Sistem saraf Platyhelminthes
membentuk sistem saraf tipe tangga tali dan memiliki ganglion otak yang
terletak di anterior. Filum Platyhelminthes dapat dikelompokkan dalam beberapa
kelas, antara lain Turbellaria,
Trematoda, dan Cestoda.
Filum Platyhelminthes
bereproduksi secara aseksual dan seksual. Anggotanya termasuk hermafrodit.
Reproduksi aseksual terjadi secara fragmentasi dan secara seksual terjadi
dengan penyatuan sperma dan ovum.
a.
Kelas
Turbellaria
Turbellaria umumnya
hidup bebas di air asin dan air tawar. Salah satu contohnya, yaitu planaria
(Dugesia sp.) yang hidup di aliran sungai dan dasar danau. Planaria biasanya
memiliki panjang 1–2 cm. Planaria seperti kebanyakan Turbellaria lainnya, hidup
bebas dan bukan parasit.
Planaria memakan
protista dan hewan-hewan kecil lainnya. Planaria memakan mangsanya menggunakan
faring. Faring memecah makanan dan mendorongnya masuk ke lambung. Umumnya
planaria melakukan reproduksi seksual, meskipun memiliki dua jenis alat kelamin
(hermafrodit).
Planaria tidak
melakukan pembuahan sendiri sehingga tetap membutuhkan planaria lainnya.
Kadangkala, planaria bereproduksi secara aseksual. Planaria dapat membelah
menjadi dua. Setiap belahan akan tumbuh menjadi cacing dewasa. Setiap planaria
tersebut memiliki kemampuan untuk beregenerasi. Adapun reproduksi seksualnya
terjadi fertilisasi secara silang antara planaria satu dan planaria yang lain.
b.
Kelas
Trematoda
Trematoda dikenal juga
sebagai cacing pipih yang parasit. Trematoda memiliki organ dan sistem organ
yang mirip dengan Turbellaria. Kebanyakan Trematoda hidup parasit. Permukaan
tubuh Trematoda dilindungi oleh kutikula. Kutikula melindungi Trematoda dari enzim
penghancur yang dikeluarkan oleh organisme inang. Selain itu, Trematoda
memiliki alat isap (sucker) yang berfungsi sebagai pengisap cairan tubuh
inangnya. Trematoda menyerap makanan yang sudah dicerna dari usus inang.
Meskipun Trematoda
merupakan cacing hermafrodit, namun tetap harus melakukan fertilisasi silang. Fasciola hepatica merupakan contoh
Trematoda yang cukup dikenal. Cacing parasit umumnya memerlukan lebih dari satu
inang dalam siklus hidupnya.
Siklus hidup cacing
hati kambing, dimulai ketika cacing dewasa bereproduksi secara seksual dan
melepaskan telurnya bersama feses kambing. Jika telur sampai ke kolam atau
danau, telur-telur akan menetas menjadi larva mirasidium. Dalam 8 jam,
larva-larva tersebut harus menemukan inang sementara, yaitu siput. Larva akan
masuk ke dalam tubuh siput dan tumbuh menjadi sporokis. Sporokis berkembang
menjadi redia atau larva II secara partenogenesis (perkembangan menjadi
individu baru tanpa dibuahi). Redia bermetamorfosis menjadi serkaria. Kemudian,
serkaria akan keluar dari tubuh siput dan menempel di rerumputan membentuk
metaserkaria (kista) yang mampu hidup beberapa bulan. Jika termakan kambing
atau ternak, kista akan pecah dan larva masuk ke usus. Setelah itu larva
menembus usus menuju hati, kemudian tumbuh dan berkembang biak menghasilkan
telur.
Anggota kelas Trematoda
lainnya adalah Schistosoma, Chlonorchis
sinensis, Fasciliopsis buski, dan
Parahonimus westermani. Semuanya merupakan parasit dan memiliki inang tetap
maupun sementara.
c.
Kelas
Cestoda (Cacing Pita)
Cestoda atau cacing
pita merupakan cacing berbentuk pipih yang hidup parasit. Di kepala cacing pita
terdapat kait yang mengait pada usus organisme inang. Tidak seperti cacing
lainnya, cacing pita memiliki tubuh yang terbagibagi menjadi beberapa bagian
yang disebut proglotid. Cacing pita terus membuat proglotid-proglotid baru di
belakang kepalanya. Proglotid adalah calon individu baru, sama dengan satu
individu yang utuh. Cacing pita bervariasi dalam hal panjang dan banyaknya
proglotid. Beberapa cacing pita memiliki ribuan proglotid.
Siklus hidup cacing
pita mirip dengan cacing pipih. Mereka melibatkan satu, dua, atau tiga
organisme inang. Beberapa cacing pita pada manusia dapat ditularkan melalui
daging babi atau daging sapi yang terinfeksi atau tidak dimasak dengan baik.
Daging-daging tersebut mengandung larva cacing pita.
Contoh cacing pita yang biasa
dikenal adalah Taenia solium dan Taenia saginata. Larva Taenia solium hidup di tubuh babi,
sedangkan larva Taenia saginata hidup
di tubuh sapi.
Klasifikasi Kingdom Animalia - Filum Platyhelminthes
Reviewed by Unknown
on
Maret 11, 2018
Rating:
Tidak ada komentar: