Anabolisme
Karbohidrat – Selain terjadi proses katabolisme karbohidrat dalam pembentukan
energi juga terjadi proses anabolisme. Energi yang dihasilkan dari proses
tersebut akan digunakan oleh makhluk hidup untuk menunjang fase pertumbuhan
ataupun perkembangan. Di bawah ini akan dijelaskan tentang anabolisme
karbohidrat secara lengkap!
A. Anabolisme Karbohidrat
a.
Fotosintesis
1)
Perangkat
Fotosintesis
a)
Kloroplas
b)
Cahaya
matahari
c)
Klorofil
2)
Mekanisme
Fotosintesis
a)
Reaksi
Terang
(1)
Reaksi
Siklik
(2)
Reaksi
Nonsiklik
b)
Reaksi
Gelap
3)
Faktor-Faktor
yang Memengaruhi Fotosintesis
a)
Faktor
Hereditas
b)
Faktor
Lingkungan
(1)
Temperatur
(2)
Intensitas
Cahaya Matahari dan Lama Pencahayaan
(3)
Kandungan
Air dalam Tanah
(4)
Kandungan
Mineral dalam Tanah
(5) Kandungan
CO2 di Udara
(6) Kandungan
O2
b.
Kemosintesis
A. Anabolisme Karbohidrat
Anabolisme
merupakan proses penyusunan zat dari senyawa sederhana menjadi senyawa yang
kompleks. Proses tersebut berlangsung di dalam tubuh makhluk hidup. Anabolisme
merupakan kebalikan dari katabolisme. Proses anabolisme memerlukan energi, baik
energi panas, cahaya, atau energi kimia.
Anabolisme
yang menggunakan energi cahaya disebut fotosintesis, sedangkan anabolisme yang
menggunakan energi kimia disebut kemosintesis. Berikut ini akan dijelaskan
mengenai fotosintesis dan kemosintesis.
a.
Fotosintesis
Dari cahaya matahari
yang menyinari bumi, dimulailah suatu proses transfer energi di alam. Melalui
daun-daunnya, tumbuhan hijau menangkap cahaya tersebut sebagai bahan bakar pembuatan
makanan. Air dan gas CO2 yang ditangkap, diolah menjadi sumber
energi bagi kita dan konsumen lainnya di planet bumi ini. Produk itu dapat berupa buah yang kita makan,
daun-daunan, ataupun bagian lain dari tumbuhan, seperti umbi dan bunga. Satu
hal yang tidak kalah pentingnya adalah tumbuhan menghasilkan oksigen dalam
proses fotosintesis.
1)
Perangkat
Fotosintesis
Perangkat fotosintesis
terdiri atas kloroplas, cahaya matahari dan klorofil.
a)
Kloroplas
Seluruh bagian dari
tumbuhan, termasuk batang dan buah, memiliki kloroplas. Akan tetapi, daun
merupakan tempat utama berlangsungnya fotosintesis pada tumbuhan. Warna pada
daun disebabkan adanya klorofil, pigmen berwarna hijau yang terletak di dalam
kloroplas. Klorofil dapat menyerap energi cahaya yang berguna dalam sintesis
molekul makanan pada tumbuhan. Kloroplas banyak ditemukan pada mesofil. Setiap
sel mesofil dapat mengandung 10 hingga 100 butir kloroplas.
Kloroplas sebagai tempat klorofil
berada, merupakan organel utama dalam proses fotosintesis. Jika dilihat
menggunakan mikroskop SEM (Scanning
Electrone Microscope), dapat diketahui bentuk kloroplas yang
berlembar-lembar dan dibungkus oleh membran. Bagian di sebelah dalam membran
dinamakan stroma, yang berisi enzim-enzim yang diperlukan untuk proses
fotosintesis. Di bagian ini, terdapat lembaran-lembaran datar yang saling
berhubungan, disebut tilakoid. Beberapa tilakoid bergabung membentuk suatu
tumpukan yang disebut grana.
b)
Cahaya
matahari
Sumber energi alami
yang digunakan pada fotosintesis adalah cahaya matahari. Cahaya matahari
memiliki berbagai spektrum warna. Setiap spektrum warna memiliki panjang
gelombang tertentu. Setiap spektrum warna memiliki pengaruh yang berbeda
terhadap proses fotosintesis. Sinar yang efektif dalam proses fotosintesis
adalah merah, ungu, biru, dan oranye. Sinar hijau tidak efektif dalam
fotosintesis. Daun yang terlihat hijau oleh mata karena spektrum warna tersebut
dipantulkan oleh pigmen fotosintesis. Sinar infra merah berperan dalam
fotosintesis dan berfungsi juga meningkatkan suhu lingkungan.
c)
Klorofil
Klorofil merupakan
pigmen fotosintesis yang paling utama. Klorofil dapat menyerap cahaya merah,
oranye, biru, dan ungu dalam jumlah banyak. Adapun cahaya kuning dan hijau
diserap dalam jumlah sedikit. Oleh karena itu, cahaya kuning dan hijau
dipantulkan sehingga klorofil tampak berwarna hijau. Terdapat beberapa jenis
klorofil, yakni klorofil a, b, c, dan d. Dari semua jenis klorofil tersebut,
klorofil a merupakan pigmen yang paling utama dan hampir terdapat disemua
tumbuhan yang melakukan fotosintesis.
Pada tumbuhan, terdapat
dua pusat reaksi fotosintesis yang berbeda, yakni fotosistem I dan fotosistem
II. Keduanya dibedakan berdasarkan kemampuannya dalam menyerap cahaya dengan
panjang gelombang yang berbeda. Perbedaan kemampuan tersebut disebabkan oleh
perbedaan kombinasi antara klorofil a dan klorofil b. Perbedaan kombinasi
antara klorofil a dan klorofil b berpengaruh terhadap panjang gelombang yang
diterima oleh klorofil. Fotosistem I dapat menerima cahaya dengan panjang
gelombang antara 680–700 nm, sedangkan fotosistem II dapat menerima cahaya
dengan panjang gelombang antara 340–680 nm.
2)
Mekanisme
Fotosintesis
Fotosintesis meliputi
dua tahap reaksi, yakni tahap reaksi terang
yang diikuti dengan tahap reaksi gelap. Reaksi terang membutuhkan cahaya
matahari, sedangkan reaksi gelap tidak membutuhkan cahaya.
a)
Reaksi
Terang
Reaksi terang ini
berlangsung di dalam grana. Perlu diingat bahwa cahaya juga memiliki energi
yang disebut foton. Jenis pigmen klorofil berbeda-beda karena pigmen tersebut
hanya dapat menyerap panjang gelombang dengan besar energi foton yang berbeda.
Klorofil berfungsi
menangkap foton dari cahaya matahari dan mengubahnya menjadi energi penggerak
elektron. Pada proses ini, terjadi pemecahan molekul air oleh cahaya sehingga
dilepaskan elektron, hidrogen dan oksigen. Proses ini dinamakan fotolisis.
(1)
Reaksi
Siklik
Pada fotosistem I
(P700), terjadi perputaran elektron yang dihasilkan dan ditangkap oleh akseptor
sebagai hasil dari reaksi reduksi dan oksidasi. Elektron yang dieksitasikan
oleh P700 akan dipindahkan ke setiap akseptor hingga akhirnya kembali ke sistem
P700. Beberapa akseptor elektron yang terlibat dalam fotosistem adalah
feredoksin (fd), plastoquinon (pq), sitokrom (cyt), dan plastosianin (pc).
Proses ini menghasilkan ATP sebagai hasil penambahan elektron pada ADP atau
dikenal dengan nama fotofosforilasi. Perputaran elektron pada fotosistem I ini
disebut sebagai fotofosforilasi siklik. Fotosistem I ini umumnya ditemukan pada
bakteri dan mikroorganisme autotrof lainnya. Sistem fotosintesis dengan
menggunakan fotofosforilasi siklik diduga sebagai awal berkembangnya proses
fotosintesis yang lebih kompleks.
(2)
Reaksi
Nonsiklik
Reaksi nonsiklik ini
memerlukan tambahan berupa fotosistem II (P680). Sumber elektron utama
diperoleh dari fotolisis air yang akan digunakan oleh klorofil pada
fotosistem II (P680). Reaksi ini menghasilkan dua elektron dari hasil
fotolisis air. Elektron ini akan diterima oleh beberapa akseptor elektron,
yakni plastoquinon (pq), sitokrom (cyt), dan plastosianin (pc). Akhirnya, pompa
elektron menggerakan satu elektron H+ yang akan digunakan pada
pembentukan ATP dari ADP atau fotofosforilasi. Pembentukan ATP ini dibantu
dengan adanya perbedaan elektron pada membran tilakoid.
Beberapa akseptor
elektron juga terlibat dalam fotosistem II, seperti ferodoksin (fd) untuk
menghasilkan NADPH dari NADP. Dengan demikian, pada proses ini akan dihasilkan
energi berupa satu ATP dan satu NADPH.
b)
Reaksi
Gelap
(Fiksasi CO2) Reaksi
gelap merupakan tahap sebenarnya dalam pembuatan bahan makanan pada
fotosintesis. Energi yang telah dihasilkan selama reaksi terang akan digunakan
sebagai bahan baku utama pembentukan karbohidrat proses fiksasi CO2
di stroma.
Tumbuhan mengambil
karbon dioksida melalui stomata. Anda tentu masih ingat fungsi utama stomata
dalam pertukaran gas pada tumbuhan. Karbon dioksida diikat oleh suatu molekul
kimia di dalam stroma yang bernama ribulosa bifosfat (RuBP). Karbon dioksida
akan berikatan dengan RuBP yang mengandung 6 gugus karbon dan menjadi bahan
utama dalam pembentukan glukosa yang dibantu oleh enzim rubisko. Reaksi ini
pertama kali diamati oleh Melvin Calvin dan Andrew Benson sehingga reaksi ini
disebut juga dengan siklus Calvin-Benson.
RuBP yang berikatan dengan karbon
dioksida akan menjadi molekul yang tidak stabil sehingga akan membentuk
fosfogliserat (PGA) yang memiliki 3 gugus C. Energi yang berasal dari ATP dan
NADPH akan digunakan oleh PGA menjadi fosfogliseraldehid (PGAL) yang mengandung
3 gugus C. Dua molekul PGAL ini akan menjadi bahan utama pembentukan glukosa
yang merupakan produk utama fotosisntesis, sedangkan sisanya akan kembali
menjadi RuBP dengan bantuan ATP. Jadi, reaksi gelap terjadi dalam tiga tahap,
yakni fiksasi CO2, reduksi, dan regenerasi.
3)
Faktor-Faktor
yang Memengaruhi Fotosintesis
Dengan mengetahui
beberapa faktor yang terlibat dalam proses fotosintesis ini, dapat diketahui
beberapa hal yang menjadi faktor pembatas fotosintesis, seperti faktor
hereditas dan lingkungan.
a)
Faktor
Hereditas
Faktor hereditas
merupakan faktor yang paling menentukan terhadap aktivitas fotosintesis.
Tumbuhan memiliki kebutuhan yang berbeda terhadap kondisi lingkungan untuk
menjalankan kehidupan normal. Tumbuhan yang berbeda jenis dan hidup pada
kondisi lingkungan sama, memiliki perbedaan faktor genetis atau hereditas. Ada
beberapa jenis tumbuhan tidak mampu membentuk kloroplas albino. Hal tersebut
disebabkan adanya faktor genetis yang tidak memiliki potensi untuk membentuk
kloroplas.
b)
Faktor
Lingkungan
Aktivitas fotosintesis
sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti temperatur, intensitas
cahaya matahari, kandungan air dan mineral, serta kandungan CO2 dan
O2.
(1)
Temperatur
Aktivitas fofosintesis
merupakan reaksi yang menggunakan enzim, sedangkan kerja enzim dipengaruhi oleh
temperatur. Aktivitas fotosintesis tidak berlangsung pada suhu di bawah 5°C dan
di atas 50°C. Temperatur optimum fotosintesis sekitar 28–30°C. Tumbuhan yang
hidup di daerah tropis memiliki enzim yang bekerja secara optimum karena tumbuh
di lingkungan yang memiliki kisaran suhu optimum.
(2)
Intensitas
Cahaya Matahari dan Lama Pencahayaan
Semakin tinggi
intensitas cahaya matahari, semakin tinggi pula aktivitas fotosintesis. Hal ini
terjadi jika ditunjang oleh tersedianya CO2, H2O, dan temperatur
yang sesuai. Kenaikan aktivitas fotosintesis tidak akan terus berlanjut, tetapi
akan berhenti sampai batas keadaan tertentu karena tumbuhan memiliki batas
toleransi. Lama pencahayaan sangat berpengaruh terhadap fotosintesis. Pada
musim hujan, lama pencahayaan menjadi pendek sehingga aktivitas fotosintesis
akan berkurang.
(3)
Kandungan
Air dalam Tanah
Air merupakan bahan
dasar pembentukan karbohidrat (C6H12O6). Air
merupakan media tanam, penyimpan mineral dalam tanah, dan mengatur temperatur
tumbuhan. Berkurangnya air dalam tanah akan menghambat pertumbuhan
tumbuhan. Kurangnya air juga akan
menyebabkan kerusakan pada klorofil sehingga daun menjadi berwarna kuning.
(4)
Kandungan
Mineral dalam Tanah
Mineral berupa Mg, Fe,
N, dan Mn merupakan unsur yang berperan dalam proses pembentukan klorofil.
Tumbuhan yang hidup pada lahan yang kekurangan Mg, Fe, N, Mn, dan H2O
akan mengalami klorosis atau penghambatan pembentukan klorofil yang menyebabkan
daun berwarna pucat. Rendahnya kandungan klorofil dalam daun akan menghambat
terjadinya fotosintesis.
(5) Kandungan
CO2 di Udara
Kandungan CO2
di udara, sekitar 0,03%. Peningkatan konsentrasi CO2 hingga 0,10%
meningkatkan laju fotosintesis beberapa tumbuhan hingga dua kali lebih cepat.
Akan tetapi, keuntungan ini terbatas karena stomata akan menutup dan
fotosintesis terhenti jika konsentrasi CO2 melebihi 0,15%.
(6) Kandungan
O2
Rendahnya kandungan O2
di udara dan dalam tanah akan menghambat respirasi dalam tubuh tumbuhan.
Rendahnya respirasi akan menyebabkan rendahnya penyediaan energi. Hal ini
mengakibatkan aktivitas metabolisme akan terlambat khususnya fotosintesis.
b.
Kemosintesis
Selain melalui fotosintesis,
reaksi pembentukan (anabolisme) molekul berenergi pada beberapa makhluk hidup
dapat juga terjadi melalui kemosintesis. Hal ini terutama dilakukan oleh
bakteri kemoautotrof. Berbeda dengan fotosintesis yang mendapatkan energi dari
sinar matahari, kemosintesis mendapatkan energi dari reaksi molekul anorganik.
Beberapa organisme kemosintesis mereaksikan CO2 dengan H2 berenergi tinggi untuk menghasilkan metana
dan air melalui reaksi.
Hasil reakasi ini
berupa energi ikatan H2 yang dilepaskan dan dapat digunakan sebagai
sumber energi bagi sel. Reaksi yang menghasilkan energi lainnya, menggunakan
sulfur untuk melepaskan energi ikatan H2. Hal ini dilakukan oleh
bakteri sulfur yang terdapat di kawah-kawah gunung. Reaksi ini menghasilkan gas
hidrogen sulfida (H2S).
Pertumbuhan makhluk hidup
kemoautotrof terjadi secara lambat, karena reaksi ini hanya menghasilkan
sedikit energi. Tempat hidup bakteri kemoautotrof lebih banyak dilingkungan
yang sulit ditempati makhluk lain, seperti di kawah-kawah gunung dan rekahan
dasar laut.
Penjelasan Lengkap Tentang Anabolisme Karbohidrat
Reviewed by Unknown
on
Maret 11, 2018
Rating:
Tidak ada komentar: