Lapisan Litosfer, Teori, dan Penyebab Terjadinya Pergerakan Lempeng Tektonik - Struktur
bumi tersusun dari lapisan-lapisan yang mempunyai kedudukan dan fungsi berbeda
antara satu dengan yang lainnya. Bumi secara umum memiliki tiga komponen
lapisan yaitu, atmosfer, litosfer, dan hidrosfer. Akan tetapi untuk pembahasan
kali ini hanya akan dijelaskan mengenai lapisan litosfer.
A. Pengertian Litosfer
Dalam
ilmu pengetahuan alam (IPA) tentang kebumian, tanah atau bebatuan yang ada di
Bumi disebut Litosfer. Litosfer berasal dari bahasa Yunani yakni lithos (batuan) dan sphaira (lapisan). Jadi litosfer merupakan lapisan batuan yang ada di
Bumi. Dalam pengertian luas litosfer diartikan sebagai seluruh bagian padat
Bumi termasuk intinya. Struktur padat Bumi terdiri atas kerak Bumi, mantel, dan
inti Bumi.
Masing-masing
struktur padat Bumi tersebut dibedakan lagi menjadi bagiannya masing-masing.
Kerak Bumi dibedakan menjadi kerak benua dan kerak samudra. Kerak benua
merupakan kerak Bumi yang berada di daratan. Kerak samudra merupakan kerak Bumi
yang berada di dalam laut. Mantel Bumi terdiri atas mantel atas dan mantel
bawah. Inti Bumi dibedakan menjadi 2, yakni inti luar yang berupa cairan pekat
dan inti dalam yang bersifat pekat hampir menyerupai padatan. Berdasarkan
struktur Bumi ada dua teori mendasar yang perlu dipelajari, yaitu teori
tektonik lempeng serta teori gempa bumi dan gunung berapi.
B. Teori Tektonik Lempeng
Seorang ahli meteorologi
asal Jerman bernama Alfred Wegener mengajukan sebuah teori yang dikenal dengan
teori pergerakan benua. Dalam teorinya Wegener menjelaskan
bahwa pada zaman dahulu semua benua di Bumi menyatu membentuk sebuah daratan
yang sangat luas sekitar 200 juta tahun lalu benua tersebut terpisah dan
bergerak menjauh secara perlahan.
Selain
fakta benua yang ada di Bumi seperti puzzle, penemuan fosil juga mendukung
teori pergerakan benua. Salah satu buktinya dengan adanya penemuan fosil Mesosaurus di Amerika Selatan dan di
Afrika. Mesosaurus merupakan jenis reptil yang hidup di darat dan di air
tawar. Wegener beranggapan bahwa Mesosaurus
tidak mungkin berenang di samudra untuk sampai ke benua lain. Oleh karena itu,
Wagener beranggapan bahwa Mesosaurus
hidup di benua tersebut pada saat benua masih menyatu.
Selain
fosil Mesosaurus penemuan fosil
lainnya juga mendukung teori pergerakan lempeng. Beberapa penemuan fosil
tersebut, antara lain (a) Fosil Cynognathus
yang ditemukan di Amerika Selatan dan Afrika, (b) Fosil Lystrosaurus yang ditemukan di Afrika,
India, dan Antartika, (c) Fosil tumbuhan Glossopteris
yang ditemukan di Amerika Selatan, Afrika, India, Antartika, dan Australia.
Jika benua pernah
menyatu, maka bebatuan yang menyusun benua tersebut akan memiliki kesamaan.
Misalnya, struktur bebatuan pegunungan
di Amerika Serikat memiliki kesamaan dengan batuan di Greenland dan
Eropa Barat. Selain itu, struktur batuan di Amerika Selatan dan Afrika juga
memiliki kesamaan. Kesamaan struktur batuan juga salah satu fakta pendukung
bahwa benua pernah menyatu. Akan tetapi, teori pergerakan benua yang diajukan
Wagener tidak dapat menjelaskan bagaimana benua
berpisah dan bergerak menjauh. Oleh karena itu, teori pergerakan benuaWagener
ditolak oleh para ahli pada saat itu.
Pada
awal tahun 1960, seorang ilmuan dari Princeton University yang bernama Harry
Hess mengajukan teori yang bernama Seafloor
Spreading atau pergerakan dasar laut. Hess menjelaskan bahwa di bawah kerak
Bumi tersusun atas material yang panas dan memiliki massa jenis yang rendah.
Akibatnya, material tersebut naik ke punggung kerak samudra. Kemudian material
bergerak ke samping bersama dasar kerak samudra, sehingga bagian dasar kerak
samudra tersebut menjauh dari punggung kerak samudra dan membentuk sebuah
patahan. Proses tersebut diilustrasikan pada Gambar 5.22.
Karena dasar kerak samudra menjauh
sehingga terbentuk patahan, maka magma akan naik ke atas dan mengisi patahan
tersebut. Magma yang telah sampai ke patahan akan mendingin dan membentuk kerak
yang baru.
Teori Seafloor Spreading ini mampu
menjelaskan bagaimana proses terbentuknya lembah maupun gunung bawah laut.
Selain itu, berdasarkan hasil penelitian ternyata usia batuan dasar laut dengan
kapal Glomar Challenger (1968) juga
memperkuat teori ini. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa
usia batuan pada punggung kerak samudra lebih tua dari usia batuan pada dasar
kerak. Hal ini menunjukkan bahwa batuan di punggung kerak samudra baru
terbentuk karena efek Seafloor Spreading.
Sekitar tahun 1960, para ilmuwan
mengembangkan sebuah teori berdasarkan teori Continental drift dan Seafloor
spreading. Teori ini disebut teori tektonik lempeng. Berdasarkan teori ini,
kerak Bumi dan bagian atas dari mantel Bumi terbagi menjadi beberapa bagian.
Bagian ini disebut lempeng dan lempeng bersifat plastis serta dapat bergerak di
lapisan ini. Lempeng tersusun atas kerak dan bagian atas mantel Bumi.
Berdasarkan teori tektonik lempeng,
bagian luar Bumi tersusun atas litosfer
yang dingin dan kaku (lempeng) serta tersusun oleh astenosfer. Astenosfer
bersifat plastis yang berada di bawah lempeng. Akibatnya, lempeng seolah-olah
mengapung dan bergerak di atas astenosfer.
Ketika lempeng bergerak akan terjadi
interaksi antarlempeng. Lempeng dapat bergerak saling menjauh dan memisah.
Selain itu, lempeng juga bisa saling mendekat hingga terjadi tubrukan
antarlempeng. Jenis pergerakan lempeng tersebut dapat diamati pada Gambar 5.24.
Pergerakan sebuah lempeng akan
mengakibatkan perubahan pada lempeng lainnya. Berbagai lempeng yang ada di atas
dapat bergerak secara terpisah dan juga bersamaan.
Apabila 2 lempeng bergerak saling
menjauh, lempeng tersebut bersifat divergent.
Jika diamati pada Gambar 5.24, lempeng Indo-Australia bergerak menjauh dari
lempeng Antartika. Selain itu, lempeng Amerika Utara juga bergerak menjauh dari
lempeng Eurasia. Adanya pergerakan ini akan mengakibatkan perisiwa
patahan/retakan (Gambar 5.25). Salah satu patahan yang terbesar di dunia adalah
patahan San Andreas di California Amerika Serikat yang panjangnya 1.300 km.
Jika terdapat 2 lempeng yang saling
mendekat, maka pergerakan tersebut disebut convergent.
Beberapa lempeng yang bergerak konvergen antara lain, lempeng Indo-Australia
dengan lempeng Filipina serta lempeng IndoAustralia dengan lempeng Eurasia.
Pergerakan lempeng secara konvergen akan mengakibatkan tabrakan antarlempeng.
Akibatnya terjadi fenomena Subduksi dan tabrakan antarbenua. Subduksi merupakan
hasil tabrakan lempeng Samudra dengan lempeng Benua yang mengakibatkan lempeng
Samudra menyelusup ke bawah lempeng Benua seperti pada Gambar 5.26. Salah satu
akibatnya adalah terbentuknya palung laut.
Tabrakan antar benua terjadi ketika
kerak benua bergerak saling mendekat. Salah satu fakta terjadinya tabrakan
antar benua adalah terbentuknya pegunungan Himalaya. Pegunungan Himalaya
terbentuk karena ada 2 lempeng benua yang bertabrakan sehingga mengakibatkan
salah satu kerak benua terdorong ke atas dan membentuk pegunungan.
C. Penyebab Terjadinya Pergerakan Lempeng Tektonik
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
bahwa Wegener belum dapat menjelaskan bagaimana lempeng bergerak. Akan tetapi dengan
adanya teknologi yang ada saat ini para ilmuwan telah menemukan beberapa
penjelasan tersebut. Salah satu teori yang diajukan ilmuwan adalah terjadinya
perpindahan panas dari inti Bumi ke lapisan mantel secara konveksi. Hal ini
mirip seperti peristiwa mendidihnya air yang dimasak.
Inti Bumi yang memiliki suhu hingga
6.000oC akan memanaskan material mantel Bumi bagian bawah sehingga
massa jenis material tersebut berkurang. Akibatnya, material tersebut bergerak
naik dari dasar ke permukaan mantel. Sesampainya di permukaan, material
tersebut akan mengalami penurunan suhu sehingga massa jenis material akan
bertambah. Karena massa jenisnya bertambah, maka material tersebut akan turun
ke dasar mantel. Di dasar mantel, material tersebut akan terkena panas Bumi
kembali sehingga proses konveksi terjadi terus menerus. Berdasarkan teori ini ilmuwan
berhipotesis bahwa konveksi inti Bumi menyebabkan pergerakan lempeng.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui
bahwa Bumi merupakan planet dinamis dengan bagian inti yang panas. Panas dari
inti Bumi akan berpindah secara konveksi sehingga mengakibatkan pergerakan
lempeng. Ketika lempeng bergerak, maka akan terjadi interaksi antarlempeng.
Interaksi tersebut dapat membentuk sebuah palung laut, pegunungan, maupun
sebuah gunung berapi. Ketika lempeng bergerak, maka sebuah energi akan
dilepaskan berupa gelombang seismik atau yang dikenal dengan gempa. Dapat di
lihat efek dari pergerakan lempeng di daerah pegunungan, erupsi gunung berapi,
atau sebuah tempat yang berubah setelah terjadi gempa atau aktivitas gunung
berapi.
Penjelasan Tentang Lapisan Litosfer, Teori, dan Penyebab Terjadinya Pergerakan Lempeng Tektonik
Reviewed by Unknown
on
Februari 23, 2018
Rating:
Tidak ada komentar: