Hereditas
dan Penyakit Turunan – Pada umumnya makhluk hidup yang berkemampuan untuk
bereproduksi dalam menurunkan sifat terhadap generasinya dapat mengalami
penghambatan. Dengan demikian dapat menimbulkan suatu kelaianan yang disebabkan
oleh beberapa faktor, misal genetik dan sebagainya.
A. Hereditas dan Penyakit Turunan
a.
Albino
b.
Brakidaktili
c.
Gangguan
Mental
d.
Polidaktili
e.
Diabetes
Mellitus
a.
Buta
Warna
b.
Hemofilia
a.
Golongan
Darah ABO
b.
Golongan
Darah Sistem Rhesus
A. Hereditas dan Penyakit Turunan
Penyakit
atau cacat turunan ini memiliki sifat-sifat yang khas, yaitu :
1.
bukan merupakan penyakit yang dapat ditularkan
2.
bersifat permanen dan tidak dapat disembuhkan
3.
dikendalikan oleh faktor genetis
Beberapa
penyakit menurun yang umumnya hadir ini dapat dibedakan berdasarkan jenis
kromosom pembawanya, yaitu dapat bersifat autosom atau gonosom.
1. Cacat Bawaan Bersifat Autosom
Beberapa
penyakit bersifat autosom yang berhasil diidentifikasi antara lain adalah
albino, brakidaktili, gangguan mental, polidaktili, dan diabetes mellitus.
a.
Albino
Albino merupakan
kelainan yang disebabkan oleh tidak terbentuknya pigmentasi tubuh. Kelainan ini
merupakan kelainan bawaan yang terkait dengan kromosom tubuh. Selain lahir
tanpa pigmentasi, orang yang memiliki kelainan ini sangat peka dengan cahaya
berintensitas tinggi.
b.
Brakidaktili
Penyakit ini dapat
diamati dari bentuk jari-jari tangan yang pendek. Gen yang menyebabkan penyakit
ini adalah gen dominan (B) yang bersifat letal. Oleh karena itu, individu yang
memiliki genotipe homozigot dominan (BB) akan mengalami kematian. Adapun
penyakit brakidaktili disebabkan oleh genotipe heterozigot (Bb). Keadaan
genotipe homozigot resesif (bb) merupakan individu normal.
c.
Gangguan
Mental
Gangguan mental atau
cacat mental merupakan kelainan yang diwariskan dari kedua orangtuanya.
Beberapa gangguan mental yang diketahui adalah imbisil, debil, dan idiot.
Ciri-ciri dari penderita gangguan mental, antara lain warna rambut dan kulit
kekurangan pigmen, bereaksi lamban, tidak berumur panjang, dan biasanya IQ
rendah.
Salah satu penyebab
gangguan mental adalah rusaknya sistem saraf akibat kadar asam fenilpiruvat
yang tinggi dalam tubuh, atau biasanya disebut fenilketonuria (FKU). FKU
disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk mensintesis enzim yang dapat
mengubah fenilalanin menjadi asam amino tiroksin. Produksi enzim tersebut
dikendalikan oleh gen dominan. Oleh karena itu, seorang anak yang memiliki gen
homozigot resesif tidak bisa memproduksi enzim tersebut.
d.
Polidaktili
Penderita polidaktili
memiliki jumlah jari tangan dan kaki lebih dari normal. Polidaktili adalah
suatu kelainan yang diwariskan oleh gen autosom dominan P, sedangkan gen p
untuk normal. Hal ini terjadi karena kelainan ditentukan oleh autosom, ekspresi
gen yang terjadi berbeda sehingga lokasi tambahan jari berbeda.
e.
Diabetes
Mellitus
Diabetes
mellitus adalah terbuangnya glukosa bersama urine karena
terjadi gangguan fungsi insulin yang dihasilkan oleh pulau Langerhans pada
pankreas. Seperempat dari penderita diabetes
mellitus ternyata diakibatkan faktor genetis dan tiga perempat yang lainnya
karena faktor makanan. Penyakit ini dikendalikan oleh gen resesif homozigot
(dd).
2. Cacat Bawaan yang Bersifat Gonosom
Cacat
bawaan dapat pula bersifat gonosom, yakni terpaut pada kromosom seks. Beberapa
cacat atau kelainan bersifat gonosom, antara lain buta warna dan hemofilia.
a.
Buta
Warna
Ada beberapa golongan
penyakit buta warna pada manusia :
1) Buta warna total,
orang ini benar-benar hanya dapat membedakan warna hitam dan putih saja dan
tidak dapat melihat warna lainnya.
2) Buta warna parsial,
orang yang menderita kelainan buta warna parsial ini tidak mampu untuk
membedakan beberapa warna tertentu, seperti warna hijau, biru, atau merah.
Kelainan buta warna
disebabkan oleh gen yang terpaut pada gonosom X dan bersifat resesif. Kehadiran
gen Xcb ini pada kondisi heterozigot pada wanita hanya akan
menyebabkan ia sebagai carrier dan
jika pada pria kehadiran gen Xcb akan menyebabkan buta warna.
b.
Hemofilia
Hemofilia merupakan
suatu kelainan yang menyebabkan terhambatnya proses pembekuan darah. Oleh
karena itu, apabila seseorang yang memiliki kelainan ini terluka, akan
mengakibatkan kehabisan darah yang lebih cepat sehingga dapat menyebabkan
kematian.
3. Golongan Darah
Golongan
darah pada manusia diatur secara genetik dan merupakan alel ganda. Saat ini,
ditemukan tiga sistem golongan darah. Dalam pembahasan berikut akan dibahas
macam golongan darah ABO dan rhesus.
a.
Golongan
Darah ABO
Seperti telah diketahui
bahwa darah terdiri atas butir darah (eritrosit, leukosit), keping darah
(trombosit), dan plasma darah. Pada eritrosit terdapat sejenis protein yang
dinamakan antigen atau aglutinogen. Antigen merupakan protein yang mampu
merangsang pembentukan antibodi (aglutinin). Plasma darah mengandung protein
yaitu fibrinogen dan protrombrin. Jika terjadi perangsangan oleh antigen,
protrombin mampu membentuk antibodi.
Berdasarkan jenis
antigen atau ada tidaknya antigen yang dikandung oleh eritrosit, Karl Landsteiner (1868-1943) pada tahun
1901 membagi golongan darah menjadi golongan A, golongan B, golongan AB, dan
golongan O.
1) Golongan
darah A (genotipe IAIA atau IAIO)
Golongan darah yang
dalam eritrositnya mengandung antigen A (aglutinogen A) dan dalam plasma
darahnya mampu membentuk antibodi β atau aglutinin β.
2) Golongan
darah B (genotipe IBIB atau IBIO)
Golongan darah yang
dalam eritrositnya mengandung antigen B (aglutinogen α) dan dalam plasma
darahnya mampu membentuk antibodi α (aglutinin α).
3) Golongan
darah AB (genotipe IAIB)
Golongan darah yang
dalam eritrositnya mengandung antigen A dan antigen B. Pada plasma darah
golongan AB tidak mampu membentuk antibodi (aglutinin), baik α maupun β.
4) Golongan
darah O (genotipe I°I°)
Golongan darah yang
dalam eritrositnya tidak mengandung antigen A dan antigen B, tetapi plasma
darahnya memiliki antibodi α dan β.
b.
Golongan
Darah Sistem Rhesus
Di India, terdapat
jenis kera bernama Macaca rhesus.
Berdasarkan hasil penelitian Karl Landsteiner dan Wiener pada tahun 1940,
ditemukan bahwa dalam eritrositnya mengandung jenis antigen yang dinamakan
antigen rhesus. Antigen rhesus dimiliki juga oleh manusia. Orang yang memiliki
antigen rhesus dinamakan rhesus positif. Genotipe RR atau Rr dan yang tidak
memiliki antigen dinamakan rhesus negatif rr. Plasma darah baik pada rhesus
positif (Rh+) maupun pada rhesus negatif (Rh–) membentuk
antibodi rhesus. Sistem rhesus ini dikendalikan oleh gen Rh dengan alel. Alel
Rh bersifat dominan terhadap alel rh.
Perkawinan pasangan suami istri
yang berbeda faktor rhesusnya dapat mengakibatkan ketidakcocokan pada darah ibu
dengan bayi yang dikandungnya. Misalnya, perkawinan pria yang bergolongan darah
rhesus positif homozigot dengan wanita yang bergolongan darah rhesus negatif
homozigot dapat melahirkan bayi yang bergolongan darah rhesus positif.
Baca juga: Penjelasan Mekanisme Sintesis Protein
Baca juga: Penjelasan Mekanisme Sintesis Protein
Hereditas dan Penyakit Turunan
Reviewed by Unknown
on
Maret 21, 2018
Rating:
Tidak ada komentar: