Eubacteria (Bakteri) dan
Archaebacteria - Monera merupakan makhluk hidup yang tersusun dari satu sel
(uniseluler). Mikroorganisme yang tergolong ke dalam monera belum memiliki
membran inti sel dan tidak terdapat organel membran. Berikut akan dijelaskan secara
detail mengenai mikroorganisme yang tergolong ke dalam kelompok kingdom monera!
1. Eubacteria (Bakteri)
Bakteri merupakan
organisme bersel tunggal yang hidup bebas di mana-mana. Bakteri berukuran
sangat kecil, yaitu hanya 0,2–10 mikrometer (1 mikrometer = 1/1000 milimeter).
Kehidupan makhluk hidup
lain, seperti hewan, tumbuhan, dan manusia sangat bergantung pada bakteri.
Bakteri berguna dalam mendegradasi atau merombak sampah dan jasad mati. Bakteri
juga berguna untuk mengubah komponen-komponen organik menjadi anorganik agar
dapat diserap oleh tumbuhan.
a. Bentuk Bakteri
Bakteri mempunyai bentuk
yang bermacam-macam. Bentuk bakteri yang paling dikenal adalah batang atau
basil (tunggal: basilus), bulat atau cocci (tunggal: coccus), dan spiral atau
spirila (tunggal: spirilum) (Gambar 2.9).
Bakteri coccus ada yang
tersusun sendiri (monococcus) atau berkelompok. Bentuk kelompok bakteri, yaitu
bergandengan (diplococcus), untaian anggur (staphylococcus), rantai
(streptococcus), dan tersusun delapan-delapan (sarcina). Bakteri bacillus ada
yang berdiri sendiri (monobacillus), berpasangan (diplobacillus), dan membentuk
rantai (streptobacillus). Bakteri spiral ada yang berbentuk koma (vibrio),
spiral, dan spiroseta (spirochete). Perhatikan Gambar 2.10.
b. Struktur Tubuh Bakteri
Bakteri mempunyai tiga komponen
pada tubuhnya, yaitu dinding sel, membran plasma, dan sitoplasma (Gambar 2.11).
Dinding sel bakteri mengandung material yang disebut peptidoglikan.
Peptidoglikan disusun oleh rantai gula yang berikatan dengan peptida (rantai
pendek asam amino).
Pewarnaan Gram salah satu
teknik pewarnaan, dapat membedakan dua tipe dinding sel yang menyusun bakteri.
Dari sistem pewarnaan ini dapat diklasifikasikan dua jenis bakteri, yaitu
bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Dinding sel pada bakteri Gram
negatif memiliki tambahan plasma membran dalam strukturnya. Membran luar ini
terkadang toksik (beracun) bagi hewan dan dapat menimbulkan penyakit.
Antibiotik penisilin bekerja paling baik untuk bakteri Gram negatif.
Pada dinding sel bakteri,
terdapat kapsul atau lapisan berlendir yang tersusun atas polisakarida atau
protein. Kapsul, lapisan berlendir, dan pili (fimbriae) membantu bakteri
bertahan hidup dalam lingkungan tertentu. Kapsul membantu agar bakteri dapat
bertahan dari sistem imun hewan inangnya. Lapisan berlendir memungkinkan
bakteri dapat menempel dalam jumlah banyak pada permukaan halus gigi dan menimbulkan
kebusukan gigi. Jenis bakteri berlendir ini menyebabkan dental plaque (plak gigi).
Beberapa bakteri memiliki
semacam rambut halus di sekujur tubuhnya yang disebut pili (tunggal: pilus)
atau fimbriae (tunggal: fimbria). Beberapa bakteri patogen menginfeksi sel
inang dengan cara menempel pada membran sel inang menggunakan pilinya, misalnya
bakteri penyebab gonorhoe. Beberapa bakteri juga memiliki piliseksual yang
digunakan untuk bereproduksi secara seksual.
Beberapa bakteri
dilengkapi dengan flagela (tunggal: flagelum). Dengan flagela memungkinkan
bakteri menyebar di habitat baru, melakukan migrasi menuju sumber nutrisi, atau
meninggalkan lingkungan yang tidak memungkinkan. Namun, terdapat beberapa
bakteri yang bergerak tanpa flagela. Bakteri tanpa flagela bergerak dengan cara
berguling dan mengalir terbawa arus.
Jumlah dan letak flagela
pada bakteri berbeda-beda. Berdasarkan hal tersebut, bakteri dibedakan sebagai
berikut.
1. Monotrik, terdapat satu
flagela pada salah satu ujung bakteri
2. Amfitrik, terdapat
flagela satu ataupun banyak pada kedua ujung bakteri
3. Lofotrik, terdapat
banyak flagela pada salah satu ujung bakteri (Gambar 2.13a)
4. Peritrik, terdapat
banyak flagela di seluruh tubuh bakteri (Gambar 2.13b)
Dengan adanya flagela,
bakteri dapat merespons berbagai rangsang tingkah laku atau pergerakan yang
disebut taksis. Beberapa jenis bakteri melakukan kemotaksis, bergerak menuju
rangsang kimia yang diberikan oleh makanan atau menjauhi rangsang kimia yang
diberikan oleh bahan kimia toksik. Beberapa bakteri melakukan fototaksis,
bergerak menuju atau menjauhi cahaya, bergantung lingkungan yang mereka
butuhkan. Beberapa bakteri flagelata adalah magnetotatic.
Bentuk ini dapat mendeteksi daerah magnetik pada bumi.
c. Reproduksi Bakteri
Sebagian besar bakteri
melakukan reproduksi aseksual melalui proses pembelahan sederhana yang disebut
pembelahan biner. Proses ini mampu mereproduksi salinan genetik dari sel induk
secara tepat. Pada kondisi yang ideal, bakteri dapat membelah satu kali setiap
20 menit atau sekitar 1 × 1021 anakan baru setiap harinya. Reproduksi yang
cepat ini memungkinkan bakteri dapat berkembang biak menjadi sangat banyak
dalam lingkungan yang menguntungkan seperti di tempat berlumpur atau makanan
yang lembap.
Bakteri juga dapat
bereproduksi dengan cara konjugasi. Beberapa konjugasi bakteri menggunakan pili
seksual. Proses konjugasi dapat memproduksi kombinasi genetik baru dan
menghasilkan bakteri dengan sifat baru.
d. Pengelompokan Eubacteria
Menurut Campbell (1998:
510), Eubacteria dibagi menjadi lima kelompok, yaitu Proteobacteria, bakteri
Gram positif, Cyanobacteria, Spirochetes, dan Chlamydias.
1) Proteobacteria
Proteobacteria dibedakan
menjadi tiga kelompok, yaitu bakteri ungu kemoautotrof, Proteobacteria
kemoautotrof, dan Proteobacteria kemoheterotrof.
2) Bakteri gram positif
Kelompok bakteri ini
beberapa anggotanya dapat berfotosintesis dan sebagian lagi ada yang bersifat
kemoheterotrof. Dapat berbentuk endospora ketika keadaan lingkungan kurang
menguntungkan. Contoh bakteri ini misalnya Clostridium dan Bacillus.
3) Spirochetes
Bakteri ini memiliki
bentuk sel heliks, memiliki panjang sampai 0,25 mm. Kelompok bakteri ini
bersifat kemoheterotrof. Ada yang hidup bebas dan ada yang patogen seperti Treponema pallidum yang
menyebabkan sifilis.
4) Chlamydias
Bakteri ini merupakan
patogen beberapa penyakit. Energi untuk beraktivitas diperoleh dari inangnya.
Contohnya adalah Chlamydias
trachomatis.
5) Cyanobacteria
Cyanobacteria dahulu
dikenal dengan nama ganggang hijau-biru (bluegreen
algae) serta dimasukkan dalam
kelompok alga eukariotik. Akan tetapi, belakangan diketahui bahwa alga ini
termasuk prokariotik. Oleh karena itulah, ganggang hijau-biru sekarang disebut
Cyanobacteria dan dikelompokkan ke dalam Eubacteria.
Cyanobacteria ada yang
bersel satu dan ada yang bersel banyak. Cyanobacteria memiliki klorofil yang
tersebar di dalam plasma sel dan berpigmen fikobilin, yaitu fikosianin (pigmen
biru) dan fikoeritrin (pigmen merah). Akan tetapi, fikosianin lebih dominan
sehingga Cyanobacteria dahulu disebut ganggang hijau-biru.
Cyanobacteria hidup di
berbagai habitat. Ada yang hidup di air tawar dan air laut. Bahkan suhunya pun
berbeda-beda, dari yang bersuhu dingin, tropis, bahkan ada yang tahan hidup di
air panas. Cyanobacteria berkembang biak dengan membelah, fragmentasi, atau
dengan spora. Contoh dari Cyanobacteria adalah Nostoc, Chlorococcus, Oscillatoria,
dan Anabaena.
2. Archaebacteria
Kelompok Archaebacteria
merupakan organisme yang menempati daerah yang ekstrim seperti sumber air panas
dan air dengan kadar garam (salinitas) tinggi. Para ilmuwan mengelompokkan
Archaebacteria ke dalam tiga kelompok, yaitu Metanogenik, Halofilik dan
Termofilik (Start and Taggart, 1995: 352).
a. Metanogenik
Kelompok Archaebacteria
ini bersifat anaerobik dan kemosintetik. Bakteri ini memperoleh makanan dengan
mereduksi CO2 menggunakan
H2 menjadi metana (CH4).
Hidup di rawa-rawa dan danau yang kekurangan oksigen karena konsumsi
mikroorganisme lain. Metanogenik juga berperan dalam pembusukan sampah dan
kotoran ternak. Metanogenik merupakan bakteri utama dalam pembentukan biogas
atau gas metana. Beberapa bakteri metanogenik bersimbiosis dalam rumen
herbivora dan hewan pengonsumsi selulosa lainnya. Contohnya Methanosarcina
mazei (Gambar 2.18a).
b. Halofilik
Bakteri Halofilik (halo:
garam, philis: suka) ini
hidup pada lingkungan dengan kadar garam tinggi dan sebagian memerlukan kadar
garam 10 kali lebih tinggi daripada air laut untuk dapat hidup. Beberapa bakteri
halofilik dapat berfotosintesis dan memiliki zat warna yang disebut
bacteriorodhopsin.
c. Termofilik
Sesuai dengan namanya (thermo:
panas, philis: suka),
Archaebacteria ini hidup di tempat dengan suhu 60°C hingga 80°C. Beberapa
bakteri termofilik mampu mengoksidasi sulfur, seperti Sulfolobus yang hidup di mata air sulfur. Bahkan,
beberapa spesies mampu hidup dekat rekahan dasar laut dengan suhu 105°C.
Artikel terkait:
Kingdom Monera - Eubacteria (Bakteri) dan Archaebacteria
Reviewed by Unknown
on
Maret 11, 2018
Rating:
Tidak ada komentar: