Halo sahabat setia pembaca kelaseduka.com. Pada
kesempatan kali ini mimin akan berbagi artikel tentang Peristiwa Operasi Lintas Laut
Banyuwangi–Bali. Berikut ini judul-judul artikel yang banyak di cari.
Seperti, Deskripsikan Tujuan dilaksanakannya Operasi Lintas Banyuwangi-Bali,
Tokoh Operasi Lintas Laut Banyuwangi Bali, Salah Satu Tokoh yang Berperan dalam
Operasi Lintas Laut Banyuwangi Bali adalah? Deskripsikan Tujuan dilaksanakannya
Operasi Lintas Banyuwangi Bali, Pemimpin Operasi Lintas Laut Yeh Kuning,
Terangkan Mengenai Operasi Lintas Laut Banyuwangi-Bali! Pertempuran Banyuwangi
Bali, Dan Pasukan Angkatan Laut diberangkatkan dari Muncar Banyuwangi dengan
Sasaran Daerah.
Dari semua hasil pencarian tersebut mimin gak bahas semua ya
gaes. Sedikit saja tapi berkualitas insya’ Allah. Langsung saja yuk, kita cek ke “TKP” hehe...
Peristiwa Operasi Lintas Laut Banyuwangi – Bali |
Peristiwa Operasi Lintas Laut Banyuwangi - Bali -
Operasi lintas Laut Banyuwangi-Bali merupakan operasi gabungan dan pertempuran
laut pertama sejak berdirinya negara Republik Indonesia. peristiwa itu dimulai
dengan kedatangan Belanda dengan membonceng Sekutu, mendarat di Bali dengan
jumlah pasukan yang cukup besar, tanggal 3 Maret 1946. Hal ini dimaksudkan Bali
sebagai batu loncatan untuk menyerbu Jawa Timur yang dinilai sebagai lumbung
pangan untuk kemudian mengepung pusat kekuasaan RI. Bali juga dapat dijadikan
penghubung ke arah Australia.
Dengan perkembangan di atas, maka telah mengalihkan
konfrontasi dari Indonesia melawan Jepang berganti menjadi Indonesia melawan
Belanda. Berkaitan dengan hal tersebut, maka para pemimpin perjuangan yang
sudah sampai di Jawa berusaha mencari bantuan dan membentuk kesatuan- kesatuan
tempur. Mereka antara lain telah membentuk Pasukan Markadi atau Pasukan Merdeka
sebagai pasukan induk. Pasukan itu kemudian lebih dikenal dengan nama Pasukan
M. Kapten Markadi sebelumnya bertugas mendampingi Kolonel Prabowo, Kolonel
Munadi dan Letkol I Gusti Ngurah Rai ke markas besar TRI di Yogyakarta untuk
meminta bantuan, karena makin lemahnya kekuatan TRI Sunda Kecil di Bali.
Kondisi itu mendorong Letjen. Urip Sumoharjo di Markas
Besar TRI Yogyakarta untuk memutuskan memperkuat TRI Sunda Kecil dengan bantuan
senjata dan amunisi kepada I Gusti Ngurah Rai. Untuk itulah Pasukan M berperan
penopang Pasukan Sunda Kecil di bawah Pimpinan Ngurah Rai. Pasukan ini juga
dilengkapi pasukan sandi yang disebut CIS ( Combat Intelligent Section) yang
terdiri dari para pelajar. Disiapkanlah tiga pasukan untuk memblokade pasukan
Belanda.
Pasukan angkatan laut dipimpin oleh Kapten Makardi dan
Waroka. Angkatan Darat di bawah pimpinan Letkol I Gusti Ngurah Rai. Operasi itu
direncanakan melalui tiga titik pendaratan. Pasukan Waroka mendarat di Pantai
Gerokgak dan Celuk Bawang. Pasukan Markadi mendarat di antara Cupel dan Candi
Kusuma, Jembrana dan Pasukan I Gusti Gurah Rai mendarat di Pantai Yeh Kuning.
Operasi rahasia itu ditujukan untuk mendapatkan informasi intelijen yang
akurat.
Pasukan diberangkatkan dari Muncar Banyuwangi dengan
sasaran daerah Kuning dan terus ke Munduk Malang. Penyeberangan dilaksanakan
malam hari. Rombongan ini dalam penyeberangannya di tengah laut dipergoki oleh
patroli Belanda dan langsung menembaki ke arah rombongan pasukan Ngurah Rai.
Akibatnya Cokorde Rai Gambir dan Cokorde Dharma Putra gugur. Sebagian berhasil
mendarat di Yeh Kuning dan sebagian lagi di bawah Ngurah Rai kembali ke Muncar.
Keesokan harinya tanggal 4 April 1946, rombongan Ngurah Rai berhasil mendarat
di Pulukan untuk seterusnya menuju Munduk Malang.
Gelombang ketiga, Pasukan M sebagai induk pasukan
berangkat pada tanggal 4 April 1946 malam hari. Mereka berangkat dari pelabuhan
Banyuwangi dengan berkekuatan empat peleton. Sasarannya akan mendarat di daerah
Candikusuma. Saat fajar menyingsing, rombongan Pasukan M dipergoki oleh dua
motorboat Belanda yang sedang berpatroli. Terjadilah pertempuran antara Pasukan
M melawan patroli Belanda. Dengan taktik menempel pada motorboat Belanda,
Pasukan M sulit untuk ditembaki Belanda. Sebaliknya, Pasukan M dapat
melemparkan granat-granat tangan ke dek motorboat. Akhirnya, satu motorboat
Belanda terbakar dan tenggelam serta yang satunya melarikan diri. Setelah
berhasil menghancurkan patroli Belanda, Pasukan memerintahkan untuk putar
haluan kembali ke Banyuwangi, sebab arus laut yang kuat dan kapal Markadi sendiri
berlobang-lobang. Dalam perang ini, pihak Pasukan M gugur dua orang, yakni
Sumeh Darsono dan Sidik.
Keesokan harinya, Pasukan M kembali berlayar menuju
Bali dan mereka berhasil melakukan pendaratan di Klatakan, Melaya, dan
Candikusuma. Sesampainya di Bali dilakukan koordinasi dan dibentuk MGGSK
(Markas Gabungan Gerakan Sunda Kecil). Kemudian pada bulan Juli 1946, juga
terjadi pendaratan pasukan tempur yang dipimpin oleh Kapten Saestuhadi. Setelah
itu terjadilah pertempuran di berbagai daerah.
Pada awalnya pasukan MGGSK dihadang oleh pasukan
Belanda di Klatakan. Terjadilah pertempuran sengit. Pasukan MGGSK terdesak dan
pemimpin yang gugur, antara lain Kapten Saestuhadi, Kapten Suryadi, dan Letnan
Nurhadi. Selanjutnya, Pasukan M melakukan penyerangan ke berbagai daerah,
antara lain, di Gilimanuk Cekik, Penginuman, Candikusuma, Cupek, Negara,
Sarikuning, Pulukan, Gunungsari, Klatakan, Munduk Malang, Tabanan, dan Celukan
Bawang. Untuk mengenang perjuangan pasukan kita yang gugur dalam operasi lintas
laut, maka di daerah Cekik, Gilimanuk didirikan monumen yang dinamakan Monumen
Operasi Lintas Laut Banyuwangi-Bali.
Penutup dari mimin. Demikianlah, postingan tentang
Peristiwa Operasi Lintas Laut Banyuwangi–Bali, semoga bermanfaat untuk para
pembaca sekalian. Dan jangan lupa kunjungi artikel lainnya ya gaes. Terima
kasih. Salam Sukses.
Related posts:
Peristiwa Operasi Lintas Laut Banyuwangi – Bali
Reviewed by Unknown
on
Maret 30, 2018
Rating:
Tidak ada komentar: