Tokoh pertempuran Ambarawa. Pertempuran Ambarawa singkat.
Peran pejuang dalam peristiwa pertempuran Ambarawa. Apa saja upaya yang
dilakukan oleh rakyat di Ambarawa untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Jalannya
pertempuran Ambarawa. Sinkronik pertempuran Ambarawa. Contoh soal dan jawaban
pertempuran Ambarawa. Latar belakang pertempuran Ambarawa.
Itulah kalimat yang sering diketik para netizen di kolom Google, tapi kali ini mimin gak bahas semua, mimin akan posting
artikel tentang Usaha Mempertahankan Kemerdekaan - Peristiwa Pertempuran Palagan Ambarawa saja. Mungkin sobat-sobat sudah gak sabar untuk membaca pembahasan
yang keren ini hehe. Langsung kita cek aja yuk, penjelasannya di bawah ini.
Selamat membaca!
Pertempuran
Ambarawa terjadi pada tanggal 29 November dan berakhir pada 15 Desember 1945
antara pasukan TKR dan pemuda Indonesia melawan pasukan Inggris. Latar belakang
dari peristiwa ini dimulai dengan insiden yang terjadi di Magelang sesudah
mendaratnya Brigade Artileri dari Divisi India ke-23 di Semarang pada tanggal
20 Oktober 1945. Oleh pihak RI mereka diperkenankan untuk mengurus tawanan
perang yang berada di penjara Ambarawa dan Magelang.
Ternyata
mereka diboncengi oleh tentara Nederland Indische Civil Administration (NICA)
yang kemudian mempersenjatai bekas tawanan itu. Pada tanggal 26 Oktober 1945
pecah insiden Magelang yang berkembang menjadi pertempuran antara TKR dan
tentara Sekutu. Insiden itu berhenti setelah kedatangan Presiden Sukarno dan Brigadir
Jenderal Bethell di Magelang pada tanggal 2 November 1945. Mereka mengadakan
perundingan gencatan senjata dan tercapai kata sepakat dengan hasil kesepakatan
diantaranya sebagai berikut:
1) Pihak
Sekutu tetap menempatkan pasukannya di Magelang untuk melakukan kewajibannya
melindungi dan mengurus evakuasi Allied Prisoners War and Interneers
(APWI-tawanan perang dan interniran Sekutu)
2) Jalan
raya Magelang-Ambarawa terbuka bagi lalu lintas Indonesia- Sekutu
3) Sekutu
tidak akan mengakui aktivitas NICA dalam badan-badan yang berada di bawahnya
Baca Juga:
Ternyata
pihak Sekutu ingkar janji. Pada tanggal 20 November 1945 di Ambarawa pecah
pertempuran antara pasukan TKR di bawah pimpinan Mayor Sumarto melawan tentara
Sekutu. Pada tanggal 21 November 1945 pasukan Sekutu yang berada di Magelang
ditarik ke Ambarawa di bawah lindungan pesawat tempur. Namun, tanggal 22
November 1945 pertempuran berkobar di dalam kota dan pasukan Sekutu melakukan
pengeboman terhadap kampung-kampung yang berada di sekitar Ambarawa.
Pasukan
TKR bersama pemuda dari Boyolali, Salatiga, Kartosuro bertahan di kuburan
Belanda, sehingga membentuk garis medan sepanjang rel kereta api dan membelah
kota Ambarawa. Sementara itu, dari arah Magelang pasukan TKR dan Divisi
V/Purwokerto di bawah pimpinan Imam Adrongi melakukan serangan fajar pada
tanggal 21 November 1945 dengan tujuan memukul mundur pasukan Sekutu yang
berkedudukan di Desa Pingit. Pasukan Imam Adrongi berhasil menduduki Desa
Pingit dan merebut desa-desa sekitarnya.
Sementara
itu, Batalion Imam Adrongi meneruskan gerakan pengejarannya. Kemudian disusul 3
batalion yang berasal dari Yogyakarta, yaitu batalion 10 Divisi III di bawah
pimpinan Mayor Suharto, batalion 8 di bawah pimpinan Mayor Sarjono, dan
Batalion Sugeng. Musuh akhirnya terkepung. Walaupun demikian, pasukan musuh
mencoba mematahkan pengepungan dengan mengadakan gerakan melambung dan
mengancam kedudukan pasukan Indonesia dari belakang dengan tank- tanknya. Untuk
mencegah jatuhnya korban, pasukan mundur ke Bedono. Dengan bantuan resimen
kedua yang dipimpin M. Sarbini, batalion Polisi Istimewa yang dipimpin Onie
Sastroatmojo dan batalion dari Yogyakarta, gerakan musuh berhasil ditahan di
Desa Jambu.
Di
Desa Jambu para komandan mengadakan rapat koordinasi yang dipimpin oleh Kolonel
Holland Iskandar. Rapat itu menghadirkan pembentukan komando yang disebut
Markas Pimpinan Pertempuran dan bertempat di Magelang. Sejak saat Ambarawa
dibagi atas 4 sektor, yaitu sektor Utara, sektor Selatan, sektor Barat dan
sektor Timur. Kekuatan pasukan bertempur secara bergantian.
Pada
tanggal 26 November 1945 pimpinan pasukan TKR dari Purwokerto yaitu Letkol
Isdiman gugur. Setelah mengetahui Isdiman gugur maka pimpinan pasukan TKR
Purwokerto Kolonel Sudirman turun langsung memimpin pasukan. Kehadiran Sudirman
ini semakin menambah semangat tempur TKR dan para pejuang yang sedang bertempur
di Ambarawa.
Taktik
ini segera diterapkan. Musuh mulai terjepit dan situasi pertempuran semakin
menguntungkan pasukan TKR. Sejak saat itu, pimpinan pasukan TKR Purwokerto dipimpin
oleh Kolonel Sudirman. Situasi pertempuran menguntungkan pasukan TKR. Pada
tanggal 5 Desember 1945, musuh terusir dari Desa Banyubiru, yang merupakan
garis pertahanan yang terdepan.
Pada
tanggal 12 Desember 1945 dini hari, pasukan TKR bergerak menuju sasaran masing-
masing. Dalam waktu setengah jam pasukan TKR berhasil mengepung musuh di dalam
kota. Pertahanan musuh yang terkuat diperkirakan berada di Benteng Willem yang
terletak di tengah-tengah kota Ambarawa. Kota Ambarawa dikepung selama empat hari
empat malam. Musuh yang merasa kedudukannya terjepit berusaha keras untuk
melakukan pertempuran. Pada tanggal 15 Desember 1945 musuh meninggalkan Kota
Ambarawa dan mundur ke Semarang.
Pertempuran
di Ambarawa ini mempunyai arti penting
karena letaknya yang sangat strategis. Apabila musuh menguasai Ambarawa, mereka
dapat mengancam 3 kota utama di Jawa Tengah, yaitu Surakarta, Magelang dan
Yogyakarta. Dalam
pertempuran itu, pasukan TKR mengalami kemenangan yang gemilang. Menyambut
kemenangan itu Sudirman yang masih berpakaian perang langsung mengambil air wudhu
dan segera melakukan sujud syukur seraya berdoa:
“Ya
Allah ya Tuhan, Maha Besar dan Maha Kuasa Engkau. Engkaulah sumber kekuatan dan
kemenangan. Ampunilah hamba-Mu yang lemah dan dhaif ini dan berikan kami
kekuatan”.
Kemenangan
pertempuran Ambarawa ini cepat menyebar ke pos-pos pertahanan TKR, bahkan
sampai ke dapur-dapur umum. Hal ini semakin menambah semangat juang pada
pejuang di medan tempur. Dengan
kemenangan ini nama Sudirman semakin populer sebagai komandan dan pimpinan TKR.
Kemenangan ini juga menunjukkan bahwa Republik Indonesia masih memiliki pasukan
yang kuat yaitu pasukan TKR dan rakyat yang menolak kembalinya penjajah
di bumi pertiwi Indonesia. Untuk mengenang pertempuran Ambarawa, tanggal 15
Desember dijadikan Hari Infanteri. Di Ambarawa juga dibangun Monumen Palagan,
Ambarawa.
Penutup, semoga bermanfaat dan menjadi referensi sobat semua yang sedang
mencari rujukan yang bagus dan berkualitas hehe, terima kasih. Sampai jumpa di
artikel mimin berikutnya ya sob!
Baca juga artikel terkait:
Usaha Mempertahankan Kemerdekaan - Peristiwa Pertempuran Palagan Ambarawa
Reviewed by Unknown
on
Maret 30, 2018
Rating:
Tidak ada komentar: