Apa Latar belakang pertempuran Surabaya? Jelaskan peristiwa
10 November secara singkat! Apa akhir pertempuran Surabaya? Uraikan dengan
singkat mengapa terjadi pertempuran 10 November di Surabaya! Terangkan kronologi
pertempuran Surabaya! Siapa tokoh yang berperang dalam pertempuran 10 November?
Jelaskan pertempuran di Surabaya secara singkat! Siapa pemimpin arek-arek
Surabaya pada pertempuran 10 November 1946? Demikianlah, Pertanyaan yang sering
ditanyakan kepada mbah Google seputar
Usaha Mempertahankan Kemerdekaan - Pertempuran 10 November di Surabaya.
Tunggu apalagi, yuk, sahabat setia kelaseduka.com. Kita cek langsung di “TKP”,
selamat membaca!Pertempuran 10 November di Surabaya |
Penyerahan kekuasaan jepang atas
Indonesia kepada sekutu tanpa syarat pada tanggal 14 Agustus 1945 melahirkan
asumsi bahwa pasukan sekutu telah mempunyai hak kekuasaan atas wilayah-wilayah
kekuasaan Jepang. Dalam hal ini, Belanda merupakan salah satu negara yang
tergabung dalam kelompok sekutu.
Pada
tanggal 25 Oktober 1945, Brigade 49 di bawah pimpinan Brigadir Jenderal A.W.S.
Mallaby mendarat di Surabaya. Brigade ini adalah bagian dari Divisi India
ke-23, di bawah pimpinan Jenderal D.C. Hawthorn. Mereka mendapat tugas dari
panglima Allied forces for Netherlands East Indies (AFNEI) untuk melucuti
serdadu Jepang dan menyelamatkan para interniran Sekutu. Kedatangan mereka
diterima oleh pemimpin pemerintah Jawa Timur, Gubernur Suryo. Setelah diadakan
pertemuan antara wakil-wakil pemerintah RI dengan Mallaby, maka dihasilkan kesepakatan
sebagai berikut:
1) Inggris
berjanji bahwa di antara tentara mereka tidak terdapat Angkatan Perang Belanda.
2) Disetujui
kerja sama antara kedua belah pihak untuk menjamin keamanan dan ketentraman.
3) Akan
segera dibentuk “Kontak Biro” agar kerja sama dapat terlaksana sebaik-baiknya.
4) Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang saja.
Semangat
tempur arek-arek Surabaya dalam melawan pasukan Sekutu, tidak dapat dilepaskan
dari kemenangannya melawan kekuatan Jepang di Surabaya dan sekitarnya.
Arek-arek Surabaya berhasil menyerbu dan menguasai markas Kempetai yang
terletak di depan Kantor Gubernur Surabaya. Semua senjata Kempetai Jepang
dilucuti. Pertempuran meluas ke Markas Angkatan Laut Jepang di Embong Wungu.
Markas Jepang ini juga berhasil dikuasai para pejuang. Gudang peluru di Kedung
Cowek juga berhasil direbut oleh arek-arek Surabaya. Pertempuran perebutan
kekuasaan terhadap Jepang ini berakhir setelah komandan Angkatan Darat Jepang Jenderal
Iwabe menyerah dan menyusul komandan Angkatan Laut Laksamana Shibata. Semua
kapal perang dan senjata serta pangkalannya diserahkan kepada pejuang
Indonesia.
Namun,
pada perkembangan selanjutnya ternyata pihak Inggris mengingkari janjinya. Pada
malam hari tanggal 26 Oktober 1945, peleton dari Field Security Section di
bawah pimpinan Kapten Shaw, melakukan penyergapan ke penjara Kalisosok. Mereka
akan membebaskan Kolonel Huiyer seorang Kolonel Angkatan Laut Belanda beserta
kawan-kawannya. Tindakan Inggris dilanjutkan pada keesokan harinya dengan
menduduki Pangkalan Udara Tanjung Perak, Kantor Pos Besar, Gedung Internatio,
dan objek-objek vital lainnya.
Pada
tanggal 27 Oktober 1945, terjadi kontak senjata yang pertama antara pemuda
Indonesia dengan pasukan Inggris. Kontak senjata itu meluas sehingga terjadi
pertempuran pada tanggal 28, 29, dan 30 Oktober 1945. Dalam pertempuran itu,
pasukan Sekutu dapat dipukul mundur, bahkan hampir dapat dihancurkan oleh
pasukan Indonesia. Beberapa objek vital yang telah dikuasai oleh pihak Inggris
berhasil direbut kembali oleh rakyat.
Melihat
kenyataan seperti itu, komandan pasukan Sekutu menghubungi Presiden Sukarno
untuk mendamaikan perselisihan antara para pejuang Indonesia dengan pasukan
Sekutu (Inggris) di Surabaya. Pada tanggal 30 Oktober 1945, Bung Karno, Bung
Hatta, dan Amir Syarifuddin datang ke Surabaya untuk mendamaikan perselisihan
itu. Perdamaian berhasil dicapai dan ditandatangani oleh kedua belah pihak.
Salah satu kesepakatannya adalah untuk menjaga keamanan di Surabaya dan
sekitarnya. Karena dirasa perlu terus dilakukan komunikasi antara kedua pihak,
maka dibentuklah Kontak Biro yang anggotanya tokoh-tokoh dari Indonesia seperti
Residen Sudirman, Dul Arnawa dan Sungkana, sedangkan dari pihak Inggris antara
lain Mallaby dan Shaw. Namun, setelah Sukarno, Hatta, dan Amir Syarifuddin
beserta Hawthorn kembali ke Jakarta, ternyata masih terjadi pertempuran di
beberapa tempat.
Pada
tanggal 30 Oktober 1945 dengan berkendaraan beberapa mobil, para anggota Kontak
Biro berusaha menuju gedung Internatio yang masih terjadi kontak senjata. Pada
saat itu, gedung ini diduduki oleh tentara Inggris. Arek-arek Surabaya
mengepung gedung itu dan menuntut agar gedung itu dikosongkan. Kedatangan
Kontak Biro yang di dalamnya ada Mallaby itu, membuat arek-arek Surabaya
menuntut agar Mallaby dan tentara Inggris menyerah. Kebetulan hari itu sudah
mulai gelap. Ketika itu rombongan Mallaby sedang berada di tempat perhentian
trem listrik yang terletak beberapa belas meter sebelah utara Jembatan meledak,
waktu itu kira-kira pukul 20.30. Ternyata mobil yang ditumpangi Mallaby meledak
dan ditemukan Mallaby tewas. Tewasnya Brigjen Mallaby ini memancing kemarahan
pasukan Inggris.
Pada
tanggal 9 November 1945, Mayjen E.C. Mansergh, sebagai pengganti Mallaby
mengeluarkan ultimatum agar pihak Indonesia di Surabaya meletakkan senjata
selambat-lambatnya jam 06.00 tanggal 10 November 1945.
Inggris mengeluarkan
ultimatum yang berisi ancaman bahwa pihak Inggris akan menggempur kota Surabaya
dari Darat, Laut, dan Udara, apabila orang-orang Indonesia tidak mau menaati
ultimatum itu. Inggris juga mengeluarkan instruksi yang isinya:
“………
semua pemimpin bangsa Indonesia dari semua pihak di kota Surabaya harus datang
selambat- lambatnya tanggal 10 November 1945 pukul 06.00 pada tempat yang telah
ditentukan dan membawa bendera merah putih dengan diletakkan di atas tanah pada
jarak 100 m dari tempat berdiri, lalu mengangkat tangan tanda menyerah .”
Akhirnya
pertempuran berkobar di Surabaya. Inggris mengerahkan semua kekuatan yang
dimilikinya. Pada tanggal 10 November 1945, terjadi pertempuran sengit di
Surabaya. Salah satu tokoh pemuda, yaitu Sutomo. (Bung Tomo) telah mendirikan
Radio Pemberontakan untuk mengobarkan semangat juang arek-arek Surabaya. Pada
saat terjadi pertempuran di Surabaya, Bung Tomo berhasil memimpin dan
mengendalikan kekuatan rakyat melalui pidato-pidatonya. Di dalam pidatonya
melalui radio yang begitu berapi-api dan selalu dimulai dan diakhiri dengan
teriakan takbir, “ Allahu Akbar ”. Tokoh lain, misalnya Ktut Tantri, yakni
wanita Amerika yang juga aktif dalam mengumandangkan pidato-pidato revolusinya
dalam bahasa Inggris melalui Radio Pemberontakan Bung Tomo.
Sungkono
sebagai Komandan Pertahanan Kota, pada tanggal 9 November 1945 pukul 17.00
mengundang semua unsur kekuatan rakyat, yang terdiri dari Komandan TKR, PRI,
BPRI, Tentara Pelajar, Polisi Istimewa, BBI, PTKR, dan TKR Laut untuk berkumpul
di Markas Pregolan 4. Kota
Surabaya dibagi dalam 3 sektor pertahanan, yaitu Sektor Barat, Tengah dan
Timur. Sektor Barat dipimpin oleh Kunkiyat, Sektor Tengah antara lain dipimpin
oleh Marhadi, sedangkan Sektor Timur dipimpin oleh Kadim Prawirodiarjo.
Sementara itu Sukarno membakar semangat juang rakyat lewat radio. Sesudah batas
waktu ultimatum habis, keadaan semakin ekplosif. Kontak senjata pertama terjadi
di Perak, yang berlangsung sampai jam 18.00. Inggris berhasil menguasai garis
pertahanan pertama.
Gerakan
pasukan Inggris disertai dengan pengeboman yang ditujukan pada sasaran yang
diperkirakan menjadi tempat pemusatan pemuda. Surabaya yang telah digempur oleh
Inggris berhasil dipertahankan oleh para pemuda hampir 3 minggu lamanya. Sektor
demi sektor dipertahankan secara gigih, walaupun pihak Inggris menggunakan
senjata-senjata modern dan berat. Pertempuran yang terakhir terjadi di
Gunungsari pada 28 November 1945, namun perlawanan secara sporadis masih
dilakukan. Markas pertahanan Surabaya dipindahkan ke desa yang terkenal dengan
sebutan Markas Kali. Kejadian ini merupakan sebuah lambang keberanian dan
kebulatan tekad dalam mempertahankan kemerdekaan dan membela Tanah Air
Indonesia dari segala bentuk penjajahan.
Pertempuran
di Surabaya telah menunjukkan begitu heroiknya para pejuang kita untuk melawan
kekuatan asing. Untuk mengenang, peristiwa itu, maka tanggal 10 November
diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Semoga bermanfaat dan menjadi wawasan sobat semua yang sedang mencari
artikel bagus dan berkualitas hehe, terima kasih. Sampai jumpa di artikel
berikutnya!
Related posts:
Usaha Mempertahankan Kemerdekaan - Pertempuran 10 November di Surabaya
Reviewed by Unknown
on
Maret 30, 2018
Rating:
Tidak ada komentar: