Dampak krisis Suez, latar belakang
krisis Suez, mengapa negara-negara Eropa terlibat dalam krisis terusan Suez,
krisis Suez pdf, penyebab terjadinya krisis terusan Suez Juli 1956 Mesir
diserang oleh negara-negara lain, sejarah terusan Suez, terusan Suez memiliki
peranan yang cukup besar, salah satu dampak dari dibukanya terusan Suez pada
1869.
Silahkan, cek langsung penjelasan
detailnya di bawah ini.
Terusan Suez |
Terusan
Suez – Krisis Suez dan Peranan Indonesia dalam Mengatasinya - Terusan Suez
adalah sebuah jalur lintasan kapal yang berada di wilayah perairan Mesir yang
menjadi penghubung antara Laut Tengah dengan Al-Suways di Laut merah. Terusan
Suez secara resmi diprakarsai oleh seorang insinyur Perancis yang bernama
Ferdinand Vicomte De Lesseps. Pad aera Perang Dunia 1, Terusan Suez berada di
bawah kekuasaan Inggris, diserang oleh pasukan Jerman dan Turki Ottoman.
Letaknya yang amat strategis membuat terusan ini menjadi obyek rebutan antara
pasukan Sekutu dengan lawan-lawannya.
Pada
tanggal 29 Oktober 1888 dilangsungkan Konferensi Istambul (Turki) yang secara
bersama-sama menetapkan status Terusan Suez. Hal ini mengingat kedudukan,
fungsi, dan peranan Terusan Suez yang begitu penting bagi dunia
internasional. Konferensi dihadiri oleh
Inggris, Jerman, Austria, Hongaria, Spanyol, Prancis, Italia, Belanda, Rusia,
Turki, dan Mesir. Konferensi menetapkan Terusan Suez berstatus internasional.
Adapun hasil konferensi Istambul Suez Canal Convention adalah sebagai berikut :
b. Semua kapal yang melintasi Terusan Suez tidak boleh memperlihatkan tanda-tanda peperangan.
c. Tidak boleh menempatkan kapal-kapal di pintu masuk atau sepanjang Terusan Suez.
d. Pemerintah Mesir harus mengambil tindakan-tindakan yang perlu guna menjamin pelaksanaan Konferensi Istambul.
e. Kebebasan berlayar di Terusan Suez merupakan kebebasan yang terbatas.
f. Pokok-pokok persetujuan ini berlakunya tidak dibatasi hingga berakhirnya Undang-undang yang mengatur konsesi dari perusahaan Terusan Suez.
c
Terinspirasi
oleh hasil Konferensi Asia Afrika, maka Gamal Abdul Nasser menasionalisasi
Terusan Suez pada tanggal 26 Juli 1956. Dengan demikian, Terusan Suez yang
semula berstatus internasional sepenuhnya dianggap milik bangsa Mesir. Tindakan
Gamal Abdul Nasser ini tentu saja dianggap sebagai pelanggaran serius yang
segera mendapat reaksi dari Inggris dan Prancis. Kedua negara Eropa yang
mempunyai kepentingan dengan Terusan Suez berencana secara besama-sama akan
menyerang Mesir.
Amerika
Serikat sebagai negara adidaya dan juga merupakan sekutu Inggris dan Prancis
mencoba menghindari penyerangan tersebut. Amerika Serikat berusaha mengajak
berunding ketiga negara yang sedang bersengketa itu untuk menyelesaikan masalah
Terusan Suez. Pada
tanggal 16 Agustus 1956 atas prakarsa Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John
Foster Dulles diadakan konferensi di London untuk menyelesaikan masalah Terusan
Suez. Konferensi itu dihadiri oleh 20 negara, tetapi Mesir tidak hadir.
Konferensi mencapai persetujuan tentang penyelesaian masalah Terusan Suez yang
disebut Konferensi London. Hasil Konferensi London menyebutkan, antara lain
bahwa akan dibentuk suatu badan internasional untuk menangani Terusan Suez.
Namun, Gamal Abdul Nasser tetap teguh pada pendirian untuk menasionalisasi
Terusan Suez dan menolak hasil keputusan Konferensi London. Akibat sikap tersebut,
ketegangan di kawasan Timur Tengah memuncak kembali.
Masalah
Terusan Suez juga dimajukan dalam Sidang Dewan Keamanan PBB pada bulan
September 1956. Sekretaris Jenderal PBB, Dag Hammerskjold menanggapi masalah
Terusan Suez, memberi usulan damai yang terkandung dalam enam hal seperti
berikut :
a. Pentingnya
transit bebas dan terbuka melalui Terusan Suez tanpa diskriminasi, baik secara
politik maupun teknik.
b. Kedaulatan
Mesir dan Terusan Suez harus dihormati oleh setiap negara.
c. Pengoperasian
Terusan Suez harus terbebas dari politik setiap negara.
d. Penetapan
bea tol harus diputuskan atas kesepakatan bersama antara Mesir dan negara
pemakai Terusan Suez.
e. Sebagian
pendapatan yang diperoleh harus digunakan kembali untuk pengembangan Terusan
Suez.
f. Jika terjadi perselisihan harus diselesaikan secara damai melalui lembaga arbitrase
internasional. Penyelesaian masalah Terusan Suez dari Sekjen PBB diterima baik
oleh Mesir. Namun, Mesir tetap menolak hasil-hasil Konferensi London. Inggris
dan Prancis memandang bahwa Mesir secara sepihak telah melakukan pelanggaran
internasional. Oleh karena itu, Inggris dan Prancis secara bersamaan menyerang
wilayah Mesir. Serangan gabungan itu berhasil menduduki daerah sepanjang
Terusan Suez dan Port Said. Israel juga ikut melibatkan diri menyerang Mesir
dan berhasil menduduki wilayah Gurun Sinai.
Akibat
serangan gabungan tersebut, Rusia, Hongaria, dan sekutunya bersiap membantu
Mesir. Tindakan itu tentu saja memancing Amerika Serikat untuk melibatkan diri
dalam masalah Terusan Suez dengan membantu sekutunya, Inggris dan Prancis.
Perang terbuka akibat tindakan Gamal Abdul Nasser dalam menasionalisasi Terusan
Suez menimbulkan krisis internasional yang disebut Krisis Suez.
Krisis
Suez mendapat reaksi internasional dari negara-negara yang anti terhadap
imperialisme dan kolonialisme. PBB segera menggelar sidang umum untuk membahas
Krisis Suez. Atas usul Menteri Luar Negeri Kanada, Lester B. Pearson, Dewan
Keamanan PBB harus segera membentuk pasukan penjaga perdamaian di Mesir.
Pasukan PBB itu nantinya akan ditempatkan di sepanjang perbatasan Mesir–Israel.
Pasukan penjaga perdamaian PBB itu disebut United Nations Emergency Forces
(UNEF).
Bangsa
Indonesia yang sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 harus ikut berperan dalam
menciptakan perdamaian dunia ikut tergerak membantu mengatasi Krisis Suez. Pada
tanggal 8 November 1956 sebagai wujud partisipasi aktif bangsa Indonesia
menyatakan kesediaannya dalam menyelesaikan Krisis Suez dengan bersedia menempatkan pasukan TNI sebagai
penjaga perdamaian di wilayah Mesir dalam Komando UNEF. Pasukan TNI yang
dikirim sebagai penjaga perdamaian di Mesir disebut Pasukan Garuda. Pasukan ini
dipimpin oleh Letkol Hartoyo yang kemudian digantikan oleh Letkol Saudi. Pasukan Misriga I berangkat ke
Timur Tengah pada bulan Januari 1957. Pengiriman pasukan penjaga perdamaian
oleh bangsa Indonesia dalam mengatasi Krisis Suez juga untuk menunjukkan
solidaritas sebagai sesama negara yang baru merdeka. Selain itu, juga
melaksanakan hasil keputusan yang telah diambil dalam Konferensi Asia Afrika.
Sebagai penutup, demikianlah artikel Terusan Suez – Krisis Suez dan Peranan Indonesia dalam Mengatasinya. Mudah-mudahan bermanfaat, terima kasih atas
kunjungannya. Dan jangan lupa kunjungi postingan mimin yang lain, pastinya gak
kalah kece dan keren hehe. Silahkan klik link artikel terkait di sini. Terima kasih
Terusan Suez – Krisis Suez dan Peranan Indonesia dalam Mengatasinya
Reviewed by Unknown
on
April 03, 2018
Rating:
Tidak ada komentar: