close
112 Contoh Pantun Cinta Keren dan Lucu - Kelas Edukasi

112 Contoh Pantun Cinta Keren dan Lucu

Hai sobat..., apakah kalian sering membuat pantun? Pantun merupakan sajak yang biasanya terdiri dari empat baris dan memiliki akhiran tertentu, seperti akhiran aaaa atau akhiran abab. Berikut adalah contoh pantun untuk para remaja yang keren pasti penasarankan yuk langsung aja di cek di bawah ini.



·         Ada perkutut dengan balam,
gantung di dahan pohon mengkudu.
Hati dendam bertambah dendam,
hati rindu siapa tahu.

·         Air dalam bertambah dalam,
hanyut periok di dalam peti.
Hati yang dendam bertambah dendam,
cinta membara di dalam hati.

·         Air yang dalam bertambah dalam,
hujan di hulu belumlah teduh.
Cinta di dada bertambah dendam,
luka di hati belumlah sembuh.

·         Alangkah harum bunga selasih,
orang di pasar mati bertikam.
Alangkah sakit bercerai kasih,
sepantun api dalam sekam.

·         Alu-alu memakan tunda,
tali ditarik tahan selembar.
Kalau tak mau pada adinda,
baik kubalik menahan sabar.

·         Ambil asahan pengasah pisau,
parang dan tombak diasah jua.
Ditutup bukit ditutup pulau,
disela angin tampak jua.

·         Ambil puan di atas meja,
rebab dibawa Sutan Alikin.
Tuan enggan apakah daya,
sebab saya orang miskin.

·         Anak ayam turun sekawan,
turun sekawan memakan padi.
Sudah nasib untung di badan,
lain diniat lain yang jadi.

·         Anak dara di dalam bilik,
mandikan budak di hulu-hulu.
Intan berlian untukmu adik,
jadikan aku jantung hatimu.

·         Anak jiran pergi mengaji,
mengaji sifat tentang Allah.
Pandai sungguh abang memuji,
hingga jantungku copot sebelah.

·         Anak kala orang dendangkan,
menidurkan anak di dalam hari.
Rindu dan dendam saya tanggungkan,
ingat dinda putri Bestari.

·         Anak kumbang belajar terbang,
terbang merayap atas jerami.
Rupa kurang bangsapun kurang,
apa dipandang kepada kami.

·         Anak lotong mudik sekawan,
kain pita kain beragi.
Sudahlah untung dan pertemuan,
lain dicita lain yang jadi.

·         Anak malaka pintar mengaji,
belajar dengan guru tua.
Bukan hamba memungkiri janji,
kawin dipaksa oleh ‘rang tua.

·         Apa salahnya pergi mengaji,
kitab suci jangan remehkan.
Apa salahnya abang memuji,
asal sesuai dengan kenyataan.

·         Apakah nasib bagi jerami,
batangnya layu ditebang oreng.
Tidak nasib seburuk kami,
bunga layu kumbangpun terbang.

·         Asam sedikit buah mangga,
Hujan di langit hendak ditadah.
Karam berdua tidak mengapa,
Yang rumit karam sebelah.



·         Asam kandis asam belimbing,
limau purut dimakan tupai.
Hati pedih bagai digunting,
kasih adik belumlah sampai.

·         Awan biru di atas gunung,
orang menembak burung dewa.
Putus benang boleh disambung,
putus kasih apakah daya.

·         Banyak cabagnya batang rambai,
layang-layang beri berjambul.
Kanda datang penghulu sampai,
mari kita mengijab kabul.

·         Banyak meninggal para syuhada,
membuang nyawa mati syahid.
Kalau dinda tidak percaya,
mari bersumpah kita ke masjid.

·         Banyak peri sembarang peri,
peri tinggal di pohon rindang.
Banyak putri sembarang putri,
aku kasih gadis semarang.

·         Batang dipotong dengan gergaji,
dalam airnya batanghari.
Duduk termenung menghitung hari,
menaruh walang di dalam hati.

·         Batik disimpan di dalam peti,
peti terukir kembang kemala.
Adik kusemat di dalam hati,
kukunci kurantai pula.

·         Batu di bancah jangan di ungkit,
kalau diungkit kayunya tumbang.
Lebih sakit daripada sakit,
karena kekasih diambil orang.

·         Belalang namanya walang,
patah sayapnya tertusuk duri.
Jangan adik berhati walang,
bulan depan kita kenduri.

·         Belah dua kelapa puan,
parut kelapa di dalam talam.
Telah kupandang wajahmu tuan,
cinta di dada bertambah dendam.

·         Belum melangkah sudah mendua,
pasir terbang berderai-derai.
Meski setahun tidak bersua,
namun di hati tak pernah cerai.

·         Benang bukan nenaspun bukan,
orang seberang menanam padi.
Uang bukan emaspun bukan,
yang kupandang hanyalah budi.

·         Beras baru ikannya peda,
Pedang pemacung batang talang.
Paras adik sangat menggoda,
Terbayang-bayang siang dan malam.

·         Berbaju batik berkain panjang,
dipakai gadis tengah hari.
Berparas cantik rajin sembahyang,
itulah istri yang abang cari.

·         Berbendi-bendi ke sungai tenang,
singgah memetik bunga kesumba.
Hati siapa yang tak kan senang,
kanda dinanti telah tiba.

·         Berkepala timah ikan pantau,
Tipis dagingnya ikan sepat.
Meski jauh abang di rantau,
Jangan lupa berkirim surat.

·         Berlayar biduk ke Indragiri,
Singgah sebentar membeli lada.
Duduk termenung seorang diri,
Termenung memikirkan adinda.

·         Berniaga di surabaya,
orang Arab banyak di Sasak.
Segala pinta saya sedia,
asal kasih tidak rusak.

·         Beroleh kencur dari seberang,
tidak serupa bunga kesumba.
Kasih luntur boleh sembarang,
tidak dengan cinta hamba.

·         Besar ombaknya dari hulu,
mudik pencalang raja Bugis.
Besar harapan hamba dahulu,
kini menjadi buah tangis.

·         Besar ombaknya lautan Hindia,
di pantai barat pulau Sumatera.
Mabuk hamba karena cinta,
dilamun ombak tidak mengapa.

·         Betawi kota Jakarta,
putri cina memakai cindai.
Kalau hamba telah bercinta,
tidak takut menantang badai.

·         Boleh dipetik buah mengkudu,
asal jangan buah pepaya.
Biar lupa kain dan baju,
asal jangan kepada saya.

·         Boleh ditebang tebu muda,
temu tua dahulu tebang.
Boleh saja beristri dua,
dalam islam tidak dilarang.

·         Buah ara masak dibantun,
ayam jago di dalam bertaji.
Kutanya di dalam pantun,
masihkan adik pegang janji.

·         Buah delima masak merekah,
buah lingking jatuh terletak.
Asal kuat memberi nafkah,
nafkah lahir serta batin.

·         Buah mengkudu buah kana,
buah pepaya dua-dua.
Biar hidup sederhana,
asal bahagia kita berdua.

·         Buah pepaya dimakan tupai,
tupai meniti di dahan tinggi.
Apalah daya kasih tak sampai,
hidup merana sampai mati.

·         Buah pisang dimakan musang,
masak sebiji di atas loyang.
Jika datang hati nan bimbang,
nyawa di badan rasa melayang.

·         Buat apa berkain batik,
kalau tidak dengan bajunya.
Buat apa beristri cantik,
kalau tidak baik hatinya.

·         Buat apa berkain batik,
kalau belum dijelujur.
Buat apa beristri cantik,
kalau hatinya tidak jujur.

·         Buaya mandi ke hulu,
anak kambing mati diterkam.
Alangkah sakit menanggung rindu,
bagai api memakan sekam.

·         Budak cina pergi ke pekan,
berbaju sutera berpeci lakan.
Hanya satu pintaku tuan,
hamba jangan diduakan.

·         Bukan setura sembarang sutera,
sutera dibawa dari pekan.
Bukan saya pintar berkata,
karena saya perempuan.

·         Bukan gula sembarang gula,
gula Jawa buatan Lampung.
Bukan gila sembarang gila,
gila adik yang berkerudung.

·         Bukan kaji sembarang kaji,
membaca surat janganlah salah.
Bukan abang sembarang memuji,
memang mataku tak pernah salah.

·         Bukan kemenyan bukan tawas,
hanya kemiri di dalam panci.
Hati dinda sangat was-was,
takut kanda memungkir janji.

·         Bukan pedang sembarang pedang,
pedang pusaka makhudun Sati.
Bukan datang sembarang datang,
besar maksud di dalam hati.

·         Bukit garuda kayu kencana,
tempat bersarang burung balam.
Sakitnya muda kena bencana,
hati terang menjadi kelam.

·         Bulan terang bintang berantai,
anak Keling bermain api.
Kalau sekiranya tuan rasai,
gunting bermain dalan hati.

·         Bunga kapas di dalam peti,
hendak dipanjat kayunya licin.
Barulah puas di dalam hati,
kalau sudah bertukar cincin.

·         Bunga melur kembang sekuntum,
mekar sekuntum di waktu malam.
Melihat adik senyum berkulum,
rasa hancur hati di dalam.

·         Burung dara burung merpati,
patah sayapnya kena panah.
Tidak puas di dalam hati,
kalau tidak hidup serumah.

·         Burung elang burung dewata,
mati dipanah Sri Rama.
Jangan abang salah menduga,
kami berjalan bersaudara.

·         Dari Bandung ke Sumedang,
Dari Sumedang sambung ke Pati.
Jangan begitu abang memandang,
Pandangan abang tembus ke hati.

·         Dari Bayang ke Batang kapas,
kapas dipetik tengah hari.
Abang di hati tak pernah lepas,
adik rindukan setiap hari.

·         Dari Cirebon ke Sumedang,
hendak menjelang ke gunung Pati.
Kalau rindu cium selendang,
karena selendang pengganti diri.

·         Dari mana datangnya lintah,
dari sawah turun ke kali.
Dari mana datangnya cinta,
dari mata turun ke hati.

·         Dari mana datangnya lintah,
dari sawah asal mulanya.
Dari mana datangnya cinta,
bertatap mata asal mulanya.

·         Dari mana padi dibawa,
sukatlah dia tumbukkan alu.
Di mana hati tak kan suka,
melihat dia senyum selalu.

·         Dari Selemba ke Tanah Abang,
singgah sebentar membeli madu.
Demi cinta kepada abang,
aku sedia hidup dimadu.

·         Daripada buah mengkudu,
baik dikupas buah kuini.
Daripada hidup dimadu,
baiklah putus semenjak dini.

·         Dendang dua dendang tiga,
pecah periuk diperandangan.
Biar makan biar tiada,
asal duduk berpandangan.

·         Digali-gali pohon ketela,
digali dengan duri pandan.
Dikaji-kaji hubungan kita,
ternyata adik mata duitan.

·         Di sana gunung di sini gunung,
di tengah-tengah pohon melati.
Di sana bingung di sini bingung,
sama-sama menaruh hati.

·         Di sana kota di sini kota,
kota Medan bandarnya Deli.
Meskipun banyak anak muda,
hanya tuan pautan hati.

·         Di tengah hari hujan lebat,
hujan di langit belum berhenti.
Bila abang janji tak tepat,
ditimpa langit ditelan bumi.

·         Elang dipanah Sri Rama,
mati di panah pedang sakti.
Mati hidup kita bersama,
begitu pinta di dalam hati.

·         Empat sekawan burung merpati,
panah menancap di dalam sarang.
Penat saja hamba menanti,
bunga mekar disunting orang.

·         Empat-empat buah kuini,
mandi di sungai berbasah-basah.
Sempat-sempatnya abang berbini,
padahal hidup lagi susah.

·         Gadis menyunting bunga rampai,
rambut perawan dijalin empat.
Pinggangnya ramping tinggi semampai,
seperti adik jarang didapat.

·         Gendang dipukul kulitnya tipis,
Melenting putus tali rabana.
Makin dipandang semakin manis,
Sampai di hati tambah menggila.

·         Gila si badu gila,
gila sitayang-tayang.
Gila abangku gila,
si gila gadis seberang.

·         Hang Jebat berburu singa,
Singa ditembak orang berburu.
Penatlah kumbang menunggu bunga,
Bunga dipetik orang lalu.

·         Hanyut perian bertali ramin,
tali dipintal orang campa.
Bercerai baju dengan kain,
pada kakanda tidak kan lupa.

·         Hanyut perian bertali ramin,
perawan cina dalam keranda.
Boleh lupa baju dan kain,
tidak pada dirimu kanda.

·         Hanyutlah rakit dari hulu,
mati pelanduk ditanduk rusa.
Menanggung sakit menaruh malu,
orang tidak menimbang rasa.

·         Hendak pulang beli kuini,
bawa berlayar ke Indragiri.
Hilang takut timbul berani,
memetik kembang berpagar duri.

·         Hilir rakit batu tenggelam,
tuan putri berpayung kuning.
Bulan sakit matahari demam,
kalau tak jadi dengan yang kuning.

·         Hitam manggis isinya putih,
kepayang buah kepayang.
Hitam manis giginya putih,
siang malam terbayang-bayang.

·         Hujan petir menyebar tuba,
Hujan teduh pergi mengaji.
Apa diharap kepada saya,
Saya menganggur belum bergaji.

·         Ikan dikupas dengan tangan,
dipuput bayu seri medan.
Intan terlepas dari tangan,
terlucut baju dari badan.

·         Ikan todak beranak todak,
ikan tenggiri mati tertimba.
Kabar tidak berita tidak,
kanda ‘lah lupa kepada saya.

·         Imam bukan sembarang imam,
Imam yang datang dari Jawa.
Hitamnya bukan sembarang hitam,
Hitam manis rupa tertawa.

·         Jamu beli dari Semarang,
Jamu Jawa nomor satu.
Sekali jumpa bertemu pamdang,
Hati di dalam bagai digaru.

·         Jamu ini obat kuat,
rajang kunyit dibelah-belah.
Pegang janji erat-erat,
ingkar janji dikutuk Allah.

·         Jangan berdiri di muka pintu,
pintu dikunci dengan palang.
Niat hati juga begitu,
tapi malu dilihat orang.

·         Jangan dibuang kain bekas,
kain yang buruk berikan kami.
Melihat kanda pulang lekas,
alangkah senang hati kami.

·         Jangan diharap burung terbang,
tinggi di awan cendrawasih.
Wahai adik maafkan abang,
karena abang terlalu kasih.

·         Jernih airnya sungai tenang,
mandian anak Bukittinggi.
Tuan kandung terdengar senang,
bawalah tumpang badan kami.

·         Jika merah buah kesumba,
buah tak boleh di sukai.
Jika tuan mengambil hamba,
tuan tak boleh beristri lagi.

·         Kail ini panjang sejengkal,
hendak memancing mana umpannya.
Hujan badai dapat kutangkal,
hati kasih apa obatnya.

·         Kain batik ambil selendang,
dipakai gadis pergi ke pesta.
Bertambah cantik adik kupandang,
sejak memakai baju kebaya.

·         Kain campa selendang campa,
ambil ikat penenun kain.
Tidak kukira dari semula,
hamba didua dengan yang lain.

·         Kalau abang pergi ke lapau,
belikan hamba tepung terigu.
Walau abang jauh di rantau,
sepucuk surat pengobat rindu.

·         Kalau abang pergi ke lapau,
belikan hamba buah kuini.
Kalau nasib baik di rantau,
jemputlah diri adik ini.

·         Kalau adik ke Surabaya,
kerambil hijau penggulai peda.
Kalau adik tidak percaya,
ambil pisau belahlah dada.

·         Kalau boleh siput bertali,
kutimbang sekali lima.
Kalau boleh hidup dua kali,
hilang susah datanglah suka.

·         Kalau dapat saya menyapa,
kuumumkan kuberi tahu.
Kalau dapat kata berkata,
dalam hati Tuhan yang tahu.

·         Kalau tidak karena bulan,
tidak bintang meninggi hari.
Kalau tidak karena tuan,
tidak saya sampai kemari.

·         Kalau tuan bertanam padi,
pintalkan benang kapas randu.
Kalau tuan sungguh di hati,
layangkan surat kepadaku.

·         Kapal berlayar ke Palembang,
kelasinya mengganti lantai.
Hati siapa tidak ‘kan senang,
punya kekasih tinggi semampai.


·         Kemumu tumbuh di lubuk,
rampai berputik dalam ladang.
Bertemu gemuk sama gemuk,
bagai itik pulang petang.

·         Ke pasar membeli gelang,
gelang berhias dengan permata.
Kanda berjalan berhati senang,
dinda berurai air mata.

·         Keras papannya kayu jati,
papan diukur dengan benang.
Bila kupandang si jantung hati,
perut lapar menjadi kenyang.

112 Contoh Pantun Cinta Keren dan Lucu 112 Contoh Pantun Cinta Keren dan Lucu Reviewed by Ahmad Sobri on Oktober 08, 2018 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.