Konsekuensi
Mobilitas Sosial – Mobilitas sosial merupakan suatu pergerakan sosial yang
terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh sebab itu segala sesuatu yang
bersifat dinamis selalu mengalami konsekuensi yang berdampak pada kelas sosial
itu sendiri.
A. Konsekuensi Mobilitas Sosial
Para
sosiolog melakukan penelitian mobilitas sosial untuk mendapatkan keterangan
tentang keteraturan dan keluwesan struktur sosial. Para sosiolog mempunyai
perhatian yang khusus terhadap kesulitan yang secara relatif dialami oleh
individu dan kelompok sosial dalam mendapatkan kedudukan yang terpandang oleh
masyarakat. Semakin seimbang kesempatan untuk mendapatkan kedudukan tersebut,
akan semakin besar mobilitas sosial. Hal itu berarti bahwa sifat sistem lapisan
masyarakat semakin terbuka. Pada masyarakat berkasta yang bersifat tertutup,
hampir tidak ada gerak sosial yang bersifat vertikal karena kedudukan seseorang
telah ditentukan sejak dilahirkan. Pekerjaan yang dilakukan, pendidikan yang
diperoleh, dan seluruh pola-pola hidupnya telah diketahui sejak dia dilahirkan,
karena struktur sosial masyarakatnya tidak memberikan peluang untuk mengadakan
perubahan.
Dalam
sistem lapisan terbuka, semua kedudukan yang hendak dicapai diserahkan pada
usaha dan kemampuan si individu. Memang benar, bahwa anak seorang pengusaha
mempunyai peluang yang lebih baik dan lebih besar daripada anak seorang tukang
sapu di jalan. Akan tetapi, kebudayaan di masyarakat kita tidak menutup
kemungkinan bagi anak tukang sapu untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi
daripada kedudukannya yang dimiliki semula. Bahkan sebaliknya, sifat terbuka
dalam sistem lapisan, dapat mendorong dirinya untuk mencapai kedudukan yang
lebih tinggi dan lebih terpandang dalam masyarakat. Dalam masyarakat selalu ada
hambatan dan kesulitan, misalnya birokrasi yang berbelit-belit, biaya, dan
kepentingan yang tertanam dengan kuat.
Pengaruh
mobilitas sosial, baik secara horizontal maupun secara vertikal, umumnya
membawa akibat-akibat tertentu yang bersifat positif maupun yang bersifat
negatif terhadap pelakunya. Pengaruh positif adanya mobilitas sosial vertikal,
di antaranya sebagai berikut :
1. Keberhasilan
yang dicapai seseorang, yang dilakukan melalui kerja keras, diharap kan
mampu
mendorong anggota masya rakat lainnya untuk meniru keberhasilan yang telah
dicapai oleh orang tersebut.
2. Suatu
kedudukan yang baik, tidak diperoleh dengan mudah tetapi dengan perjuangan,
keuletan,
dan kerja keras. Begitu pula perlu ditanamkan perjuangan hidup untuk
menyongsong hari esok yang lebih baik.
3. Tidak
sedikit orang yang berhasil karena pendidikan. Dengan pendidikan,
diharapkan
kedudukan seseorang menjadi lebih baik. Kebutuhan akan pentingnya pendidikan
diharapkan diturunkan oleh orangtua kepada anak-anaknya dan orang lain.
4. Kegagalan
yang didapatkan bukan akhir dari segalanya, melainkan sebagai pengalaman
berharga untuk bangkit kembali dengan memperbaiki setiap kesalahan yang pernah
dilakukan.
Keberhasilan
yang dicapai sebagai mobilitas sosial vertikal, tidak selamanya membawa
kebahagiaan bagi pelaku perubahan. Adakalanya hal tersebut dapat menimbulkan
konflik antarkelas sosial, kelompok sosial, dan antargenerasi. Pelaku mobilitas
sosial pun harus dapat menyesuai kan diri dengan kondisi yang telah dicapainya.
Berikut
ini konsekuensi yang mungkin timbul dari adanya mobilitas sosial :
1. Munculnya Konflik
Keberhasilan
yang dicapai dalam memperoleh kedudukan bagi seseorang atau kelompok, tidak
mungkin tanpa adanya perasaan tidak
senang dari orang atau kelompok lain. Hal itu dapat meningkatkan pertentangan
antara yang berhasil men dapatkan kedudukan dengan yang tidak berhasil atau
yang merasa tergeser oleh orang yang menempati kedudukan baru.
Berikut
ini macam-macam konflik yang mungkin terjadi dalam kehidupan sosial :
a.
Konflik
Antarkelas Sosial
Pertentangan dapat
terjadi apabila seseorang dari lapisan sosial bawah menduduki posisi di lapisan
menengah atau atas, kemudian kelompok lapisan sosial yang didatangi merasa
terganggu akhirnya terjadi pertentangan. Misalnya sebagai berikut.
b.
Konflik
Antarkelompok Sosial
Pertentangan yang
terjadi pada kelompok sosial, tidak jauh berbeda dengan konflik pada kelas atau
lapisan sosial. Konflik yang dilakukan oleh kelas sosial berupa orang perorangan
tetapi konflik pada kelompok sosial berupa kumpulan orang yang melakukan pertentangan.
c.
Konflik
Antargenerasi
Situasi sosial seperti
pergaulan, pendidikan, zaman, teknologi yang dialami oleh seorang anak akan
berbeda dengan situasi sosial orangtuanya. Perbedaan ini akan membawa
pertentangan apabila kedudukan anak sama atau lebih tinggi daripada
orangtuanya. Pertentangan ini tidak selalu terjadi dengan orangtuanya
sajatetapi dapat juga dengan orang lain yang lebih tua.
2. Adaptasi terhadap Mobilitas Sosial
Setiap
mobilitas sosial yang telah dilakukan memerlukan penyesuaian diri agar tidak
selalu terasing dengan situasi yang baru. Jika seseorang atau kelompok tidak
dengan cepat menyesuaikan diri dengan situasi dari hasil mobilitas sosial
tersebut, yang bersangkutan dianggap ketinggalan, lebih tepatnya disebut
ketinggalan kebudayaan (culture lag).
Kebiasaan dan tindakan manusia yang dimiliki seseorang sesuai dengan kedudukan
pada kelas atau lapisan sosialnya. Hal ini merupakan bagian dari kebudayaan
lapisan sosial yang bersangkutan. Kebudayaan adalah keseluruhan pola lahir dan
batin yang memungkinkan terjadinya hubungan sosial di antara anggota-anggota
masyarakat.
Kedudukan
yang dicapai seseorang dapat dianggap sebagai kebudayaan baru yang harus
dihadapi oleh orang yang melakukan mobilitas sosial sehingga yang bersangkutan
harus menyesuaikan diri dengan meninggalkan kebudayaan lama sebelum
kedudukannya berubah. Penyesuaian diri atau adaptasi terhadap kebudayaan
materiil seperti benda-benda dan hasil karya manusia mudah untuk dilakukan atau
dengan sendirinya akan dimiliki oleh orang yang kedudukannya meningkat. Akan
tetapi, sikap, perilaku, dan ke biasaan seseorang akan sulit untuk berubah.
Seseorang perlu menyesuaikan diri dengan kedudukannya tersebut dan membutuhkan
waktu yang tidak sebentar untuk menyesuaikan diri.
Berikut
ini beberapa perubahan yang disebabkan oleh mobilitas sosial sehingga kedudukan
seseorang meningkat ke jenjang yang lebih tinggi, tetapi sikap dan perilaku
lambat menyesuaikan diri.
a. Orang
kaya yang bangkrut dan menjadi miskin, tetapi perilaku dan kebiasaannya
seakan-akan tetap kaya. Misalnya, bapak B seorang pengusaha yang kaya mengalami
kegagalan usahanya (bangkrut) kemudian jatuh miskin, dalam kehidupan
sehari-hari selalu ingin dihormati oleh orang sekelilingnya dan masih selalu
memerintah orang lain seperti kepada bawahannya.
b. Seorang
sarjana, di daerahnya sebagai pemuka masyarakat dan yang notabene selalu rasional sering
dihormati oleh warga, tetapi ia sering meminta kekuatan dan nasihat dukun agar
setiap orang tunduk kepadanya.
Seseorang
terkadang berperilaku tidak sesuai dengan kedudukannya. Hal ini hanya perilaku
seperti yang dicontohkan tersebut. Perilaku orang tersebut akibatnya dianggap
sebagai orang yang ketinggalan kebudayaan (culture
lag).
Penjelasan Tentang Konsekuensi Mobilitas Sosial
Reviewed by Unknown
on
Februari 26, 2018
Rating:
Tidak ada komentar: