Hal-hal
yang Dilakukan Jepang di Awal Masa Pendudukan Indonesia - Pada tahun 1942,
tentara Jepang mulai memasuki wilayah indonesia melalui Ambon. Walaupun tentara
KNIL dan Australia berupaya menghadang, namun kekuatan Jepang tak mampu untuk
dibendung. Wilayah Tarakan yang berada di provinsi Kalimantan Timur telah dan
Balikpapan telah dikuasai Jepang pada tanggal 12 Januari 1942. Pada Februari 1942, jepang mulai menyerang
Jawa dan memusatkan membentuk sistem pemerintahan Hindia Belanda.
Kedatangan
Jepang di Indonesia pada awalnya disambut dengan senang hati oleh rakyat
Indonesia. Jepang dielu-elukan sebagai “Saudara Tua” yang dipandang dapat
membebaskan bangsa Indonesia dari kekuasaan Belanda. Sikap simpatik bangsa
Indonesia terhadap Jepang antara lain juga dipengaruhi oleh kepercayaan ramalan
Jayabaya.
Di
mana-mana terdengar ucapan “ banzai-banzai” (selamat datang-selamat datang).
Sementara itu, pihak tentara Jepang terus melakukan propaganda- propaganda
untuk terus menggerakkan dukungan rakyat Indonesia. Setiap kali Radio Tokyo
memperdengarkan Lagu Indonesia Raya, di samping Lagu Kimigayo. Bendera yang
berwarna Merah Putih juga boleh dikibarkan berdampingan dengan Bendera Jepang
Hinomaru. Melalui siaran radio, juga dipropagandakan bahwa barang-barang buatan
Jepang itu menarik dan murah harganya, sehingga mudah bagi rakyat Indonesia
untuk membelinya. Simpati
dan dukungan rakyat Indonesia itu nampaknya juga karena perilaku Jepang yang
sangat membenci Belanda.
Tentara
Jepang juga mempropagandakan bahwa kedatangannya ke Indonesia untuk membebaskan
rakyat dari cengkeraman penjajahan bangsa Barat. Jepang juga akan membantu
memajukan rakyat Indonesia. Melalui program Pan-Asia Jepang akan memajukan dan
menyatukan seluruh rakyat Asia. Untuk lebih meyakinkan rakyat Indonesia, Jepang
menegaskan kembali bahwa Jepang tidak lain adalah “saudara tua”, jadi Jepang
dan Indonesia sama. Bahkan untuk meneguhkan progandanya tentang Pan-Asia,
Jepang berusaha membentuk perkumpulan yang diberi nama “Gerakan Tiga A”.
A. Pembentukan Pemerintahan Militer
Pada
pertengahan tahun 1942 timbul pemikiran dari Markas Besar Tentara Jepang agar
penduduk di daerah pendudukan dilibatkan dalam aktivitas pertahanan dan
kemiliteran (termasuk semimiliter). Oleh karena itu, pemerintah Jepang di Indonesia
kemudian membentuk pemerintahan militer. Di seluruh Kepulauan Indonesia bekas
Hindia Belanda itu wilayahnya dibagi menjadi tiga wilayah pemerintahan militer,
diantaranya ialah :
a. Pemerintahan militer Angkatan Darat
Pemerintahan
militer Angkatan Darat yaitu Tentara Kedua Puluh Lima (Tomi Shudan) untuk Sumatra.
Pusatnya di Bukittinggi dan Pemerintahan militer Angkatan Darat Tentara Keenam
Belas (Asamu Shudan) untuk Jawa dan Madura. Pusatnya di Jakarta. Kekuatan
pemerintah militer ini kemudian ditambah dengan Angkatan Laut (Dai Ni
Nankenkanta i).
b. Pemerintahan militer Angkatan Laut
Pemerintahan
militer Angkatan Laut (Armada Selatan Kedua) untuk daerah Kalimantan, Sulawesi,
dan Maluku. Pusatnya di Makassar. Pembagian
administrasi wilayah pendudukan semacam itu tentu juga terkait dengan perbedaan
kepentingan Jepang terhadap tiap-tiap daerah di Indonesia, baik dari segi
militer maupun politik ekonomi. Pulau Jawa yang merupakan pusat pemerintahan
yang sangat penting waktu itu masih diberlakukan pemerintahan sementara.
Hal
ini berdasarkan Osamu Seirei (Undang-Undang yang dikeluarkan oleh Panglima
Tentara Ke-16). Di dalam undang-undang itu antara lain berisi ketentuan sebagai
berikut :
1) Jabatan
Gubernur Jenderal pada masa Hindia Belanda dihapuskan dan segala kekuasaan yang
dahulu dipegangnya diambil alih oleh panglima tentara Jepang di Jawa.
2) Para
pejabat pemerintah sipil beserta pegawainya di masa Hindia Belanda tetap diakui
kedudukannya, asalkan memiliki kesetiaan terhadap tentara pendudukan Jepang.
3) Badan-badan
pemerintah dan undang-undang di masa Belanda tetap diakui secara sah untuk
sementara waktu, asalkan tidak bertentangan dengan aturan pemerintahan militer
Jepang.
Adapun
susunan pemerintahan militer Jepang tersebut adalah sebagai berikut:
1. Gunshirekan (panglima tentara) yang
kemudian disebut dengan S eiko Shikikan (panglima tertinggi) sebagai pucuk
pimpinan. Panglima tentara yang pertama dijabat oleh Jenderal Hitoshi Imamura.
2. Gunseikan (kepala pemerintahan militer)
yang dirangkap oleh kepala staf. Kepala staf yang pertama adalah Mayor Jenderal
Seizaburo Okasaki. Kantor pusat pemerintahan militer ini disebut Gun seikanbu.
3. Gunseibu (koordinator pemerintahan
dengan tugas memulihkan ketertiban dan keamanan atau semacam gubernur).
Di
dalam pemerintahan itu, Jepang juga membentuk kesatuan Kempetai (Polisi Militer). Di samping susunan
pemerintahan tersebut, juga ditetapkan lagu kebangsaan yang boleh
diperdengarkan hanyalah Kimigayo. Padahal sebelum tentara Jepang datang di
Indonesia, Lagu Indonesia Raya sering diperdengarkan di radio Tokyo.
Pada
awal pendudukan ini, secara kultural Jepang juga mulai melakukan
perubahan-perubahan. Misalnya, untuk petunjuk waktu harus digunakan tarikh
Sumera (tarikh Jepang), menggantikan tarikh Masehi. Waktu itu tarikh Masehi
1942 sama dengan tahun 2602 Sumera . Setiap tahun (mulai tahun 1942) rakyat
Indonesia harus merayakan Hari Raya Tencosetsu (hari raya lahirnya Kaisar
Hirohito). Dalam bidang politik, Jepang melakukan kebijakan dengan melarang penggunaan
bahasa Belanda dan mewajibkan menggunakan bahasa Jepang.
Hal-hal yang Dilakukan Jepang di Awal Masa Pendudukan Indonesia
Reviewed by Unknown
on
Maret 26, 2018
Rating:
Tidak ada komentar: