Organisasi
Militer di Indonesia Pada Masa Pemerintahan Jepang (Heiho dan Peta) - Pada masa
pendudukan Jepang di Indonesia, beberapa organisasi atau perkumpulan dibentuk
untuk mempermudah mengontrol serta mengatur rakyat. Meskipun dalam perjalan
organisasi, banyak diantara tokoh nasionalis yang jutru memanfaatkan hal
tersebut sebagai suatu wadah untuk membangkitkan semangat putera tanah air.
Beberapa macam organisasi yang dibentuk adalah organisasi pergerakan, semi
militer, dan militer. Organisasi militer cakupannya meliputu Heiho dan Peta.
Penjelasan mengenai dua organisasi militer tersebut ialah sebagai berikut :
1. Heiho
(Pasukan
Pembantu) adalah prajurit Indonesia yang langsung ditempatkan di dalam
organisasi militer Jepang, baik Angkatan Darat maupun Angkatan Laut.
Syarat-syarat untuk menjadi tentara Heiho antara lain berusia antara 18-25
tahun, berbadan sehat, berkelakuan baik, dan berpendidikan minimal sekolah
dasar.
Tujuan
pembentukan Heiho adalah membantu tentara Jepang. Kegiatannya antara lain membangun
kubu-kubu pertahanan, menjaga kamp tahanan, dan membantu perang tentara Jepang
di medan perang. Sebagai contoh, banyak anggota Heiho yang ikut perang melawan
tentara Amerika Serikat di Kalimantan, Irian, bahkan ada yang sampai ke Birma.
Organisasi
Heiho lebih terlatih di dalam bidang militer dibanding dengan
organisasi-organisasi lain. Kesatuan Heiho merupakan bagian integral dari
pasukan Jepang. Mereka sudah dibagi-bagi menurut kompi dan dimasukkan ke
kesatuan Heiho menurut daerahnya, di Jawa menjadi bagian Tentara ke- 16 dan di
Sumatera menjadi bagian Tentara ke-25. Selain itu, juga sudah terbagi menjadi
Heiho bagian angkatan darat, angkatan laut, dan juga bagian Kempeitei
(kepolisian). Dalam Heiho, telah ada pembagian tugas, misalnya bagian pemegang senjata
antipesawat, tank, artileri, dan pengemudi.
Sejak
berdiri sampai akhir pendudukan Jepang, diperkirakan jumlah anggota Heiho
mencapai sekitar 42.000 orang dan sebagian besar sekitar 25.000 berasal dari
Jawa. Namun,dari sekian banyak anggota Heiho tidak seorang pun yang berpangkat
perwira, karena pangkat perwira hanya untuk orang Jepang.
2. Peta
Sekalipun
tidak dapat dilepaskan dari rasa ketakutan akan adanya serangan Sekutu, Jepang
berusaha agar Indonesia dapat dipertahankan dari serangan Sekutu. Heiho sebagai
pasukan yang terintegrasi dengan pasukan Jepang masih dipandang belum memadai.
Jepang masih berusaha agar ada pasukan yang secara konkret mempertahankan
Indonesia. Oleh karena itu, Jepang berencana membentuk pasukan untuk
mempertahankan tanah air Indonesia yang disebut Pasukan Pembela Tanah Air
(Peta). Jepang berupaya mempertahankan Indonesia dari serangan Sekutu secara
sungguh-sungguh. Hal ini bisa saja didasari oleh rasa was-was yang makin
meningkat karena situasi di medan perang yang bertambah sulit sehingga di
samping Heiho, Jepang juga membentuk organisasi Peta.
Peta
adalah organisasi militer yang pemimpinnya bangsa Indonesia yang mendapatkan
latihan kemiliteran. Mula-mula yang ditugasi untuk melatih anggota Peta adalah
seksi khusus dari bagian intelijen yang disebut Tokubetsu Han. Bahkan sebelum
ada perintah pembentukan Peta, bagian Tokuhetsu Han sudah melatih para pemuda
Indonesia untuk tugas intelijen. Latihan tugas intelijen dipimpin oleh
Yanagawa.
Latihan
Peta itu kemudian berkembang secara sistematis dan terprogram.
Penyelenggaraannya berada di dalam Seinen Dojo (Panti Latihan Pemuda) yang
terletak di Tangerang. Mula-mula anggota yang dilatih hanya 40 orang dari
seluruh Jawa.
Pada
akhir latihan angkatan ke-2 di Seinen Dojo, keluar perintah dari Panglima
tentara Jepang Letnan Jenderal Kumaikici Harada untuk membentuk Tentara
“Pembela Tanah Air” (Peta). Berkaitan dengan itu, Gatot Mangkuprojo diminta
untuk mengajukan rencana pembentukan organisasi Tentara Pembela Tanah Air.
Akhirnya, pada tanggal 3 Oktober 1943 secara resmi berdirilah Peta. Berdirinya
Peta ini berdasarkan peraturan dari pemerintah Jepang yang disebut Osamu
Seinendan, nomor 44. Berdirinya Peta ternyata mendapat sambutan hangat di
kalangan pemuda. Banyak di antara para pemuda yang tergabung dalam Seinendan
mendaftarkan diri menjadi anggota Peta. Anggota Peta yang bergabung berasal
dari berbagai golongan di dalam masyarakat.
Peta
sudah mengenal adanya jenjang
kepangkatan dalam organisasi, misalnya daidanco (komandan batalion),
cudanco (komandan kompi), shodanco (komandan peleton), bundanco (komandan
regu), dan giyuhei (prajurit sukarela). Pada umumnya, para perwira yang menjadi
komandan batalion atau daidanco dipilih dari kalangan tokoh-tokoh masyarakat
atau orang-orang yang terkemuka, misalnya pegawai pemerintah, pemimpin agama,
politikus, dan penegak hukum. Untuk cudanco dipilih dari mereka yang sudah
bekerja, tetapi pangkatnya masih rendah, misalnya guru-guru sekolah. Shodanco
dipilih dari kalangan pelajar sekolah lanjutan. Adapun budanco dan giyuhei
dipilih dari para pemuda tingkat sekolah dasar.
Untuk
mencapai tingkat perwira Peta, para anggota harus mengikuti pendidikan khusus.
Pertama kali pendidikan itu dilaksanakan di Bogor dalam lembaga pelatihan yang
diberi nama Korps Latihan Pemimpin Tentara Sukarela Pembela Tanah Air di Jawa (
Jawa Boei Giyugun Kanbu Kyoikutai ). Setelah menyelesaikan pelatihan, mereka
ditempatkan di berbagai daidan (batalion) yang tersebar di Jawa, Madura, dan
Bali.
Menurut
struktur organisasi kemiliteran, Peta tidak secara resmi ditempatkan pada
struktur organisasi tentara Jepang. Hal ini memang berbeda dengan Heiho. Peta
dimaksudkan sebagai pasukan gerilya yang membantu melawan apabila sewaktu-waktu
terjadi serangan dari pihak musuh. Jelasnya, Peta bertugas membela dan
mempertahankan tanah air Indonesia dari serangan Sekutu. Dalam kedudukannya di
struktur organisasi militer Jepang, Peta memiliki kedudukan yang lebih bebas
atau fleksibel dan dalam hal kepangkatan ada orang Indonesia yang sampai
mencapai perwira. Oleh karena itu, banyak di antara berbagai lapisan masyarakat
yang tertarik untuk menjadi anggota Peta. Sampai akhir pendudukan Jepang,
anggota Peta ada sekitar 37.000 orang di Jawa dan sekitar 20.000 orang di
Sumatra. Di Sumatra namanya lebih terkenal dengan Giyugun (prajurit-prajurit
sukarela).
Organisasi Militer di Indonesia Pada Masa Pemerintahan Jepang (Heiho dan Peta)
Reviewed by Unknown
on
Maret 28, 2018
Rating:
Tidak ada komentar: