Macam-Macam
Mutasi – Mutasi merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung pada bahan
genetik berupa RNA dan DNA. Proses ini memiliki berbagai macam karakteristik
dalam perubahannya. Berikut penjelasan mengenai macam-macam mutasi!
1. Mutasi Gen
Mutasi
gen disebut juga mutasi titik. Mutasi ini terjadi karena perubahan urutan basa
pada DNA atau dapat dikatakan sebagai perubahan nukleotida pada DNA. Sebuah
protein yang disintesis tubuh berasal dari pembacaan tiga pasangan basa
(triplet). Masing-masing triplet merupakan kodon yang dibawa dari bagian sense
rantai DNA. Triplet merupakan suatu bacaan yang dimengerti oleh tubuh sehingga
dihasilkan asam amino. Mutasi gen dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
penggantian pasangan basa, insersi, dan delesi pasangan basa (Campbell, 1998: 318).
a.
Penggantian
Pasangan Basa
Penggantian pasangan basa merupakan
penggantian satu nukleotida dengan nukleotida yang lainnya. Penggantian basa
ini dapat memunculkan organisme mutan. Pada umumnya, mutasi membahayakan
organisme yang mengalaminya.
Pada gambar di atas,
satu basa A (basa purin) menggantikan basa G (basa purin) pada kodon keempat
dari mRNA. Penggantian basa ini dapat memberikan pengaruh kepada organisme
ataupun tidak sama sekali. Hal ini, bergantung bagaimana penggantian basa
tersebut ditranslasikan. Sebagai contoh, jika mutasi menyebabkan kodon pada
mRNA berubah dari urutan basa GAA menjadi GAG. Penggantian urutan basa
tersebut, tidak menimbulkan perubahan pada protein karena urutan basa GAA dan
GAG merupakan kode yang sama bagi asam amino glutamat.
Pada contoh lainnya, penggantian
pasangan basa dapat menimbulkan perubahan pada protein sehingga protein
tersebut tidak berfungsi. Hal ini terlihat pada gambar di bawah ini.
Penggantian basa A oleh basa U, dapat menyebabkan kode triplet untuk basa amino
baru, yaitu valin. Contoh tersebut merupakan penyebab dari penyakit sickle-cell anemia.
b.
Insersi
dan Delesi Pasangan Basa
Insersi dan delesi merupakan
penambahan (insersi) atau pengurangan (delesi) satu atau lebih pasangan basa
pada gen. Pada umumnya, mutasi dapat menyebabkan efek yang merugikan pada
organisme. Insersi atau delesi pasangan basa dapat menyebabkan pembacaan kode
triplet menjadi berbeda pada proses translasi mRNA. Mutasi ini disebut pula
mutasi pergeseran kerangka (frameshift
mutation). Pada gambar di bawah ini, delesi basa U pada urutan basa UUU
menyebabkan pergeseran basa-basa yang lainnya sehingga kode untuk protein yang
baru akan muncul (UUG). Adapun jika proses insersi atau delesi berlangsung
dekat pada ujung gen, akan menghasilkan protein yang tidak berfungsi atau
rusak.
2. Mutasi Kromosom
Mutasi
gen dapat memicu lahirnya mutasi kromosom. Setiap organisme memiliki set
kromosom yang khas dan menentukan identitas spesies. Mutasi kromosom dapat
terjadi secara fisik pada bentuk kromosom atau terjadi perubahan pada set
kromosomnya. Perubahan set kromosom umumnya akan berpengaruh pada fenotipe
individu.
a.
Perubahan
Struktur Fisik
Perubahan struktur
fisik kromosom dapat terjadi pada lokasi atau jumlah gen dalam kromosom.
Perubahan yang terjadi pada jumlah gen dalam kromosom dikelompokkan menjadi
delesi dan duplikasi, sedangkan perubahan lokasi gen pada kromosom dapat
terjadi melalui translokasi dan inversi (Brum, et al, 1994: 257).
1)
Delesi
Kromosom
Delesi merupakan
peristiwa hilangnya satu segmen kromosom karena patah. Mutasi yang terjadi
menyebabkan sebagian segmen dari kromosom hilang pada saat pembelahan sel. Dengan
demikian, kromosom akan kehilangan beberapa gen yang mungkin akan tampak atau
tidak, bergantung pada kepentingan gen dalam sel.
Contoh delesi pada manusia adalah
sindrom cri-du-chat. Sindrom ini
terjadi karena pada kromosom nomor 5 terjadi delesi. Penderita sindrom ini
meninggal pada waktu lahir atau pada masa kanak-kanak. Untuk lebih memahami
proses delesi, perhatikan Gambar 6.4 berikut.
Delesi dapat terbagi
menjadi dua, yaitu delesi terminal dan delesi interkalar. Delesi terminal
merupakan delesi atau patahnya kromosom di satu tempat dekat ujung kromosom.
Adapun delesi interkalar terjadi jika kromosom patah di dua tempat.
2)
Duplikasi
Kromosom
Duplikasi terjadi ketika terdapat
bagian kromosom yang diulangi dan identik pada bagian lain segmen tersebut
(Gambar 6.5). Duplikasi dapat terjadi akibat pindah silang. Suatu segmen
kromosom berpindah ke bagian lain kromosom komolognya. Pada kejadian ini terjadi
delesi pada kromosom yang kehilangan segmennya. Contohnya adalah duplikasi pada
kromosom Drosophila melanogaster yang
menyebabkan mutasi mata berbentuk batang (bar).
3)
Translokasi
Kromosom
Translokasi merupakan
mutasi yang disebabkan oleh pemindahan fragmen kromosom dari satu kromosom ke
kromosom yang lainnya. Keseimbangan gen masih tetap terjaga dalam arti tidak
akan ada gen yang hilang atau bertambah. Namun, perubahan fenotipe dapat
terjadi sesuai dengan kondisi lingkungan yang menyebabkan gen itu terekspresi.
4)
Inversi
Kromosom
Inversi merupakan
perubahan arah dari segmen kromosom. Hal ini dapat terjadi apabila sebuah
kromosom yang telah mengalami kerusakan, kemudian bergabung kembali ke tempat
asalnya hanya dalam arah yang berlawanan. Hal ini dapat terjadi pada kromosom
homolog.
Inversi terbagi menjadi
dua, yakni inversi parasentris dan inversi perisentris. Inversi parasentris
terjadi apabila sentromer terletak di sebelah luar lengan kromosom yang
mengalami inversi. Adapun inversi perisentris merupakan inversi yang terjadi
pada dua lengan kromosom yang berbeda.
5)
Katenasi
Kromosom
Katenasi kromosom
merupakan mutasi kromosom yang terjadi apabila suatu kromosom homolog yang
ujung-ujungnya saling berdekatan sehingga membentuk lingkaran.
b.
Perubahan
Set Kromosom
Perubahan set kromosom
dapat terjadi pada jumlah set keseluruhan gen (genom) yang disebut euploidi.
Perubahan set kromosom juga dapat terjadi pada jumlah kromosom dalam satu
perangkat yang disebut aneuploidi.
1)
Euploidi
Euploidi merupakan
perubahan yang meliputi genom (seluruh set kromosom). Menurut jumlah perangkat
kromosomnya, euploidi dibedakan menjadi monoploid (n), diploid (2n), triploid
(3n), dan seterusnya. Individu yang memiliki set kromosomnya lebih dari 2n
disebut individu poliploidi.
Menurut prosesnya,
poliploidi ada yang terjadi secara autopoliploidi dan allopoliploidi.
Autopoliploidi terjadi karena perubahan set kromosom yang terjadi oleh gangguan
pada saat meiosis. Adapun allopoliploidi perubahan set kromosom yang terjadi
karena persilangan antarspesies yang berbeda set kromosomnya.
2)
Aneuploidi
Perubahan pada jumlah
kromosom di dalam satu set kromosom atau satu genom kromosom disebut aneusomi
atau aneuploidi. Aneuploidi dapat terjadi karena beberapa hal, di antaranya
gagal berpisah (nondisjunction) dan anafase lag. Nondisjunction merupakan peristiwa gagal berpisah pada saat
gametogenesis. Adapun anafase lag merupakan peristiwa tidak melekatnya salah
satu kromatid pada benang gelendong pada tahap anafase.
Jumlah kromosom normal
pada manusia adalah 2n = 46. Terdiri atas 22 pasang sel tubuh/autosom (22AA
atau 44A) dan 2 kromosom seks/gonosom (XX atau XY). Jika terjadi gagal berpisah
saat gametogenesis (pembentukan gamet) akan menyebabkan beberapa kelainan. Pada
manusia jika terjadi aneuploidi dapat mengakibatkan beberap kelainan.
Ada enam jenis kelainan
akibat aneuploidi yang terjadi pada manusia. Berikut ini adalah uraian
lengkapnya.
a)
Sindrom
Klinefelter (47 XXY atau 44A + XXY)
Sindrom ini terjadi
karena jumlah kromosom kelaminnya bertambah menjadi 47 yang terdiri atas 44
autosom dan 3 gonosom (XXY). Sindrom ini ditemukan oleh H.F. Klinefelter pada tahun 1942. Sindrom klinefelter disebabkan nondisjunction (ND) selama pembentukan
gamet. Sindrom ini memiliki ciri, yaitu testis tidak berkembang bahkan
mengecil, mandul (steril), pinggul melebar, dan payudara membesar.
b)
Sindrom
Turner (45 XO atau 44A + X)
Penderita Sindrom ini
memiliki jumlah kromosom 45 yang terdiri atas 44 autosom dan 1 kromosom X
sehingga kariotipenya menjadi 45 XO atau 44A+X. Sindrom ini ditemukan oleh H.H.
Turner pada tahun 1938. Penderita sindrom ini berkelamin wanita, tetapi tidak
memiliki ovarium, alat kelamin bagian dalamnya tidak berkembang dan steril,
serta mengalami keterbelakangan mental.
c)
Sindrom
Down (45A+XY atau 45A+XX)
Sindrom Down merupakan
kelainan yang terjadi karena autosomnya kelebihan satu kromosom, tepatnya pada
kromosom nomor 21. Jika terjadi pada laki-laki, akan mempunyai susunan
kromosomnya 45A+XY, sedangkan pada wanita memiliki susunan kromosomnya 45A+XX.
Sindrom ini ditemukan oleh J. Langdon
Down pada tahun 1866. Penderita sindrom Down mempunyai ciri mulut sering
terbuka, wajah lebar bulat, IQ rendah (±80), badan pendek, gerak lamban, dan
rata-rata berumur pendek.
d)
Sindrom
Edwards
Sindrom Edwards
merupakan kelainan yang terjadi karena nondisjunction
pada autosom nomor 18. Sindrom ini ditemukan pada tahun 1960 oleh I.H. Edwards. Penderita sindrom ini
memiliki ciri tengkorak lebih lonjong, memiliki mulut yang kecil, serta telinga
dan rahang bawahnya lebih rendah.
e)
Sindrom
Patau
Sindrom ini terjadi
akibat trisomi pada autosom. Trisomi terjadi pada kromosom nomor 13. Sindrom
ini ditemukan oleh K. Patau pada tahun 1960. Penderita sindrom ini memiliki ciri
kepala kecil, mata kecil, tuli, polidaktili, dan pertumbuhan mentalnya
terbelakang.
f)
Sindrom
Jacobs (47, XYY atau 44A+XYY)
Penderita sindrom ini mempunyai 44
autosom dan 3 kromosom kelamin XYY. Sindrom ini ditemukan oleh P.A. Jacobs pada tahun 1965. Sindrom
ini diderita oleh laki-laki bertubuh normal, bersifat antisosial, agresif, dan
kasar, serta berwatak kriminal.
Penjelasan Macam-Macam Mutasi
Reviewed by Unknown
on
Maret 21, 2018
Rating:
Tidak ada komentar: