Protista
Mirip Hewan (Protozoa) – Protista memiliki karakteristik yang berdeda-beda
sehingga dalam kingdom protista ini diklasfikasikan berdasarkan sifat dan jenis
yang sama. Protista dikelompokkan menjadi tiga bagian, yakni Protista mirip
jamur, Protista mirip tumbuhan, dan Protista mirip hewan. Akan tetapi pada
pembahasan kali ini hanya akan dijelaskan mengenai protista mirip hewan saja.
A. Protista Mirip Hewan (Protozoa)
Protozoa
artinya hewan pertama (protos =
pertama; zoon = hewan), digambarkan
sebagai organisme mirip hewan karena dapat bergerak dan mengambil makanan dari
organisme lain. Protozoa dibagi ke dalam 6 filum, yaitu Zoomastigophora, Rhizopoda, Apicomplexa, Ciliophora, Foraminifera, dan Actinopoda. Semuanya termasuk organisme
uniseluler, eukariot, dan heterotrofik. Perbedaan utama enam filum ini hanya
dalam cara pergerakannya.
1) Zoomastigophora (Zooflagellata)
Semua
Zooflagellata memiliki minimal satu flagellum. Organel serbaguna ini dapat
mendorong organisme bergerak, merasakan lingkungannya, dan menjerat mangsa.
Zooflagellata sangat beragam, banyak yang hidup bebas di habitat tanah atau
air, bersimbiosis, hidup di dalam organisme lain dengan hubungan mutualisme
atau parasitik.
Salah
satu contoh simbiosis mutualisme yaitu Triconympha
sp. yang hidup dalam usus rayap. Kemampuan Triconympha sp. mengurai selulosa, memberi kemampuan pada rayap
untuk mengonsumsi kayu. Zooflagellata dari genus Trypanosoma sp. bertanggung jawab terhadap penyakit tidur yang
dapat menyebabkan kematian. Zooflagellata ini disebarkan melalui lalat tse tse.
2) Rhizopoda (Amoeba)
Rhizopoda
memiliki membran plasma yang fleksibel dan dapat melebar ke arah mana pun,
membentuk pseudopodia (kaki semu) yang digunakan untuk bergerak dan mendapatkan
makanan. Rhizopoda yang dikenal dengan sebutan Amoeba biasanya ditemukan di danau atau di kolam. Amoeba tidak mempunyai organel-organel
sel yang banyak, seperti pada Zooflagelata ataupun Ciliophora. Akan tetapi, Amoeba memiliki struktur internal
kompleks dan memiliki kemampuan yang baik dalam merasakan serta menangkap
mangsa.
3) Actinopoda (Heliozoa dan Radiozoa)
Actinopoda
artinya kaki sinar. Pemberian nama ini mengacu pada bentuk pseudopodia runcing
yang memencar dari tubuh Actinopoda. Pseudopodia tipe ini disebut axopodia.
Axopodia membantu organisme ini mengapung dan memangsa organisme yang lebih
kecil. Heliozoa umumnya hidup di air tawar dan menggunakan axopodia untuk
memangsa, sedangkan Radiozoa umumnya hidup di laut dengan cangkang bersilikat
yang berbeda-beda pada setiap spesies.
4) Apicomplexa (Sporozoa)
Semua
organisme Apicomplexa, sebelumnya disebut sporozoa, bersifat parasitik dan
hidup di dalam tubuh atau sel inang mereka. Mereka memiliki kemampuan membentuk
spora, suatu struktur tetap yang penyebarannya melalui makanan, air, atau
gigitan serangga. Sporozoa tidak memiliki alat gerak, namun mengandung organel
kompleks yang membantunya menempel dan menyerang inang. Banyak anggotanya
memiliki siklus hidup yang kompleks. Oleh karena itulah filum ini disebut
Apicomplexa. Salah satu contoh Sporozoa yang terkenal adalah penyebab penyakit
malaria, yaitu Plasmodium. Terdapat
beberapa spesies Plasmodium.
1. Plasmodium falciparum
yang memiliki masa sporulasi tidak menentu, antara 1–3 × 24 jam dan merupakan
penyebab penyakit malaria tropika.
2. Plasmodium vivax
yang memiliki masa sporulasi setiap 2 × 24 jam dan merupakan penyebab penyakit
malaria tertiana.
3. Plasmodium malariae
yang memiliki masa sporulasi setiap 3 × 24 jam dan merupakan penyebab penyakit
malaria kuartana.
Penyebaran Plasmodium terjadi ketika nyamuk
Anopheles betina menusuk manusia yang terkena penyakit malaria. Plasmodium akan
terbawa bersama darah bersama ke dalam tubuh nyamuk dalam bentuk gametosit. Di
dalam tubuh nyamuk, gametosit berubah menjadi gamet jantan dan gamet betina,
lalu terjadi fertilisasi. Zigot hasil fertilisasi merupakan fase haploid dari
seluruh siklus hidup Plasmodium.
Zigot menerobos dinding usus dan mengisap makanan dari tubuh nyamuk. Zigot
berkembang menjadi oosista yang mengandung ratusan sporozoit. Sporozoit yang
terbentuk berpindah ke kelenjar air liur (saliva).
Jika nyamuk betina
mengisap darah manusia sehat, sporozoit akan dikeluarkan bersama zat
antikoagulan (zat antipembekuan darah) dari nyamuk menuju peredaran darah
manusia. Kemudian, menuju ke sel hati. Setelah beberapa hari, akan terjadi
pembelahan dan terbentuklah merozoit yang menyerang sel-sel darah merah.
Setelah sel-sel darah merah pecah (sporulasi), merozoit akan keluar dan mencari
sel darah merah baru. Pada saat sel-sel darah merah pecah, penderita akan merasa
demam. Siklus demam bergantung pada spesies Plasmodium.
Setelah mengalami
beberapa kali pembelahan, beberapa merozoit berubah menjadi gametosit.
Gametosit ini berada di dalam peredaran darah dan dapat terbawa oleh Anopheles betina lainnya.
Walaupun obat chloroquinone (kina) dapat membunuh
parasit malaria, amat disayangkan parasit ini mempunyai kemampuan untuk
meningkatkan kekebalan tubuhnya terhadap chloroquinone.
Program pemusnahan nyamuk Anopheles tidak berjalan dengan lancar karena nyamuk
ini menjadi resisten atau tahan terhadap pestisida. Para peneliti berharap
dapat menggunakan teknik rekayasa genetik untuk membuat nyamuk Anopheles memiliki kemampuan untuk
membunuh parasit Plasmodium, bukan menyebarkannya.
5) Ciliophora (Ciliata)
Anggota
Filum Ciliophora merupakan organisme uniseluler soliter yang umumnya hidup di
air tawar. Ciliata memiliki banyak organel yang terspesialisasi, termasuk cilia
(tunggal cilium), struktur mirip rambut pendek di luar tubuhnya. Cilia mungkin
menutupi seluruh bagian tubuh Ciliata atau terlokalisasi. Pada genus Paramaecium, cilia menutupi seluruh
bagian permukaan tubuh. Koordinasi yang baik pada cilia menyebabkan mereka
dapat bergerak dengan cepat, sekitar satu milimeter per detiknya. Walaupun
merupakan sel tunggal, Paramaecium
dapat merespons lingkungan sekitarnya dengan baik. Jika bertemu dengan bahan
kimia berbahaya atau penghalang, sel secara cepat akan mundur dengan gerakan
cilia menuju arah yang berbeda.
Ciliata
adalah predator yang ulung. Beberapa Ciliata, termasuk Paramaecium dan Didinium,
membuat mangsa mereka tidak dapat bergerak dengan melepaskan jarum-jarum yang
disebut trikosista yang menempel pada tubuh mereka. Mangsa kemudian dibawa ke
dalam struktur mirip mulut dan dicerna pada vakuola yang sewaktu-waktu
berfungsi seperti perut. Sisa makanan tersebut kemudian dikeluarkan melalui
eksositosis. Air yang berlebihan diakumulasikan di dalam vakuola yang secara
periodik berkontraksi untuk mengosongkan cairan melalui lubang yang disebut
pori anal.
6) Foraminifera
Foraminifera
merupakan Protozoa yang hidup di air laut. Anggota filum ini umumnya hidup di
pasir atau menempel pada batu dan alga. Akan tetapi, beberapa terdapat juga
sebagai plankton. Foraminifera memiliki cadangan yang terbuat dari kalsium
karbonat. Dari semua spesies Foraminifera yang teridentifikasi, 90% adalah
fosil. Cangkang Foraminifera yang telah menjadi fosil, merupakan komponen
penyusun sedimen laut.
Penjelasan Tentang Protista Mirip Hewan (Protozoa)
Reviewed by Unknown
on
Maret 11, 2018
Rating:
Tidak ada komentar: