Pantun
jenaka adalah pantun yang berisi sesuatu yang lucu dan menghibur serta membuat
orang tertawa membacanya. Pantun jenaka terdiri 4 baris bersajak a-a-a-a atau
a-b-a-b. Baris pertama dan kedua sampiran, baris ketiga dan keempat adalah isi.
Pantun ada yang lucu banget, pantun nasehat, pantun agama, contoh pantun jenaka
dan maknanya, makna pantun jenaka, pantun jenaka berbalas, pantun lucu gombal.
Pokoknya macam-macam dah. Tapi mimin gak borong semuanya ya hehe...
Langsung
saja yuk, kita cek di bawah ini pantun jenakanya. Selamat membaca dan semoga
terhibur...!!!
Elok rupanya pohon belimbing,
tumbuh di dekat limau tungga.
Elok berbini orang sumbing,
biar marah tertawa juga.
Elok jalannya kota tua,
kiri-kanan berbatang sepat.
Elok berbini orang tua,
perut kenyang ajaran dapat.
Alangkah elok barang ini,
terbuat daripada gading.
Alangkah elok orang ini,
pinggangnya genting bagai ketiding.
Menari orang di gelanggang,
ayam kinantan sedang berbulang.
Malang celaka raja Genggang,
tuak terbeli tunjang hilang.
Lembu hitam sedang diperah,
diperah anak Encik Kasim.
Gigi tanggal daginglah murah,
awak tua gadislah musim.
Tanamlah padi dalam hutan,
sudahlah ditanam ditunggui,
Kesallah hati ayam jantan,
padi terjemur ditunggui.
Berapa banyak orang bermalam,
orang
berjual lada muda.
Berapa olah dengan ragam,
bak
orang tua berbini muda.
Tidak pelang dari Serawak,
pelang
nan dari tanah Siam.
Tidak orang seelok awak,
lonjak
bagai labu dibenam.
Pelang nan dari tanah Siam,
datang
arus jadilah hanyut,
Lonjak bagai
labu dibenam,
teleng sebagai
cupak hanyut.
Orang jawa
pergi ke Banda,
membeli ikan
dengan rebung.
Orang tua
berbini muda,
bagai rasa
menang menyabung.
Bintang katian
terbit senja,
terbenam
hampir tengah malam.
Heranlah hamba
memikirkannya,
musang disepak
induk ayam.
Kembanglah
bunga senduduk,
bunga sambung
berperai-perai,
Berlaga periuk
dengan senduk,
tabung kopi
datang melarai.
Bawa perahu ke
Tanjung Pandan,
juru mudi
duduk berkemas.
Tak tahu akan
untung badan,
awak tembaga
dikatakan emas.
Baca juga: Pantun Anak-anak Islami Singkat dan Lucu
Imam bukan sebarang imam,
imam yang datang dari Jawa.
Hitamnya bukan sebarang hitam,
hitam manis rupa tertawa.
Kain panjang dijemur basah,
ikan belanak di pintu kecil.
Orang kecil terlalu suhah,
ada anak masihlah kecil.
Mentimun dan limau kingkik,
sama masam keduanya.
Matilah kuman kena belantik,
sekalian alam kena darahnya.
Terang bulan di muka pintu,
cayanya terus masuk bilik.
Berhimpun batin sembilan suku,
melihat kuman kena belantik.
Ke Padang membeli gunting,
penggunting baju berpita.
Campung-campung induk kucing,
melihat tikus berkereta.
Kemumu tumbuh di lubuk,
rambai berputik dalam ladang.
Bertemu gemuk sama gemuk,
bagai itik pulang petang.
Anak endong ketitiran,
merbah empat-empat.
Yang dikandung berceceran,
yang dilelah tiada dapat.
Terjemur tilam atas tilam,
tilam berenda ditepinya.
Bertemu hitam dengan hitam,
sama kelam cahayanya.
Bulan Agus dan bulan Juli,
kapal Perancis bermuat bara.
Alangkah bagusnya anak ini,
mukanya putih sebagai bara.
Limau purut di tepi rawa,
buah dilanting belum masak.
Sakit perut sebab tertawa,
melihat kucing duduk berbedak.
Pinang senawar dalam puan,
puan tembaga tepi suasa.
Sayang benar saya ke tuan,
tuan celaka saya tertawa.
Teluk kabung buat jambatan,
beralun arus dalam paya.
Duduk merendang kucing jantan,
menengok tikus bersuka raya.
Kuda putih, hitam kukunya,
akan kuda Sutan Iskandar.
Adinda hitam banyak cumbunya,
tidak boleh berkata benar.
Kupu-kupu terbang melintang,
hinggap mengisap bunga layu.
Hati di dalam menaruh bimbang,
melihat ikan memanjat kayu.
Madang sengit di tepi danau,
sembut memanjat batang pulai.
Berjuang rengit dengan langau,
ributlah orang tengah balai.
Belimbing manis rebah ditebang,
kemiri tanam berleret-leret.
Kambing berbaris tengah padang,
biri-biri mengembus terompet.
Lemparkan barang sampai ke mari,
kami sambut bersukacita.
Gemparlah orang senegeri,
melihat beruk pegang senjata.
Barang disambut bersukacita,
serta dengan berebut-rebutan.
Melihat beruk pegang senjata,
kera lah mati ketakutan.
Lurus jalan ke Sawah Lunto,
keliling jalan Batu Sangkar.
Tegaklah tikus berpidato,
kucing mendengar habis bertengkar.
Kerukut kampung Serani,
ambil tangga buat titian.
Hati takut jadi berani,
melihat janda bagai perawan.
Tumbuh keliki tepi tebing,
rebah dibawa tebing runtuh.
Sungguh baik berbini sumbing,
tidak pernah berhati rusuh.
Dari mana padi dibawa,
sukatlah dia tumbukkan alu.
Di mana hati takkan suka,
melihat dia senyum selalu.
Bagaimana baguskan pantunnya? jangan lupa berkunjung kembali di artikel mimin lainnya ya. Terima kasih.
Artikel terkait:
35 Contoh Pantun Jenaka Lucu Sangat Menghibur
Reviewed by Ahmad Sobri
on
Februari 28, 2019
Rating:
Tidak ada komentar: