Paragraf Induktif Analogi, Ciri, & 4 Contohnya - Paragraf analogi adalah paragraf yang membandingkan dua hal yang berbeda namun memiliki persamaan secara maknawi dan filosofis yang selanjutnya disimpulkan di akhir paragraf. Penyimpulan di akhir paragraf pada kalimat utama menandakan adanya penggunaan penalaran induktif pada paragraf analogi (khusus-umum). Sehingga susunan paragraf terdiri atas kalimat-kalimat penjelas di awal dan disimpulkan oleh kalimat utama yang memuat ide pokok di akhir paragraf.
A. Ciri-ciri paragraf analogi :
1. Pada paragraf membandingkan dua hal yang memiliki tingkat kesejajaran yang seimbang.
2. Perbandingan analogi dilakukan terhadap suatu hal yang berkaitan dengan peristiwa tertentu, karakteristik benda, proses, kondisi, dan lain sebagainya.
3. Perbandingan analogi terdapat pada kalimat-kalimat penjelas di awal paragraf.
4. Kalimat utama yang memuat ide pokok berupa simpulan terletak di akhir paragraf.
Agar lebih jelas, perhatikan beberapa contoh paragraf induktif analogi berikut beserta penjelasannya!
Contoh 1 :
Kondisi tingkat kesejahteraan manusia ibarat sebuah wadah yang berisikan gula. Pada saat wadah berisikan butiran gula, maka akan banyak semut-semut yang berdatangan. Namun sebaliknya, jika wadah kosong tak berisikan apa-apa, maka dapat dipastikan tidak ada seekor semut pun yang mendekat. Begitupun dengan kondisi kejayaan manusia. Jika seseorang sedang berada pada masa-masa jayanya, siapapun akan mengaku sebagai keluarga dan sahabat untuk mendapatkan keuntungan darinya. Namun sebaliknya, jika seseorang tersebut dalam keadaan sengsara, maka pada umumnya orang-orang akan pergi menjauh. Bahkan keluarga dan sahabat pun tak mengakuinya. Begitulah realita kehidupan manusia yang hanya menilai derajat seseorang dari apa yang dimilikinya.
Penjelasan :
Pada paragraf di atas membandingkan antara dua hal yang berbeda yakni seseorang dengan tingkat kesejahteraannya dengan toples yang berisikan gula. Pada saat seseorang itu sedang berada pada masa kejayaannya, maka banyak orang yang akan mendekatinya. Namun keadaan akan berbalik, jika sedang berada dalam keadaan yang sempit. Hal tersebut dianalogikan dengan kondisi toples yang berisikan gula. Penganalogian dilakukan pada kalimat-kalimat penjelas di awal paragraf, lalu disimpulkan di akhir paragraf pada kalimat utama (induktif).
Contoh 2 :
Dalam berhubungan dengan orang lain seringkali kita merasa bahwa dalam keadaan terpisah akan jauh lebih baik dibandingkan ketika bersama. Seperti halnya memandang bunga bangkai dari kejauhan yang nampak indah, namun ketika didekati berbau busuk yang amat menyengat. Kemudian ketika menjauh dari bunga bangkai tersebut, ia kembali terlihat indah dan membuat kita ingin mendekatinya lagi. Namun ketika didekati, bau busuk lagi yang tercium. Hal tersebut terus berlanjut seakan tiada habisnya. Terkadang ketika kita berdekatan dengan kerabat atau sahabat, seringkali yang terlihat adalah sisi buruknya saja. Namun ketika berpisah, kenangan indah yang tersisa. Ketika bertemu kembali, seakan konflik tiada berkesudahan. Hal tersebut seakan memberi pelajaran bagi kita untuk senantiasa menjaga hubungan baik dengan siapapun baik dalam keadaan jauh ataupun dekat.
Penjelasan :
Pada paragraf di atas menjelaskan tentang analogi hubungan seseorang dengan bunga bangkai. Penjelasan analogi berada pada kalimat-kalimat penjelas di awal paragraf. Sedangkan kalimat utama pada paragraf berisikan simpulan sekaligus ide pokok paragraf.
Selanjutnya perhatikan kembali contoh paragraf induktif analogi pada contoh 3-4 berikut!
Contoh 3 :
Idealnya seorang manusia adalah yang berprinsip dan memiliki pendirian yang teguh. Tidak selalu berubah arah dan mengikuti arus serta cenderung mengikuti seorang panutan secara ektrem. Seperti halnya setetes air yang berada di atas daun talas. Kemanapun daun akan bergoyang, ia akan mengikutinya tanpa berniat untuk melakukan suatu hal sesuai dengan keinginannya sendiri. Manusia dikaruniai akan dan pikiran serta perasaan yang memungkinkannya untuk berpikir serta bertindak. Tindakan yang berlandaskan pikiran dan perasaan akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Lantas mengapa seseorang harus selalu bersandar pada apa yang diyakini oleh orang lain? Terlebih jika sandaran tersebut selalu berubah bergantung siapa yang berbicara atau bersikap. Tentu hal semacam ini tidaklah baik bagi seorang manusia, siapaun dia. Karenanya milikilah pendirian yang teguh dan prinsip hidup yang kuat sebagaimana makhluk Tuhan yang memiliki anugerah besar yakni akal, pikiran, dan perasaan.
Contoh 4 :
Seorang anak yang masih belia dihadapan kedua orang tuanya tak ubahnya seperti gumpalan tanah liat di tangan para seniman. Seperti apakah tanah liat hendak dibentuk, sangat bergantung pada hasrat atau keinginan sang seniman. Sang seniman dengan leluasa dan bebas hendak membentuknya menjadi sebuah priuk, patung, pot bunga, guci, dan lain benda-benda lainnya. Begitu pula dengan orang tua terhadap anaknya yang masih belia. Ditangan kedua orang tuanyalah sang anak akan jadi seperti apa kelak. Orang tua dengan leluasa dan bebas membentuk karakter sang anak hingga memiliki kepribadian baik atau bahkan sebaliknya. Orang tua memiliki andil besar dalam mementuk karakter serta kepribadian anak. Oleh karenanya penting bagi para orang tua untuk memperhatikan segala hal yang berkaitan dengan proses mendidik serta membimbing anak demi kebaikan anak itu sendiri serta orang lain disekitarnya.
Kunjungi juga artikel terkait :
Paragraf Induktif Analogi, Ciri, & 4 Contohnya
Reviewed by Unknown
on
Juli 26, 2017
Rating:
Tidak ada komentar: