Pola
Pewarisan Sifat Organisme – Pewarisan sifat merupakan suatu proses penurunan
sifat terhadap keturunan generasi selanjutnya. Penurunan sifat ini melalui
beberapa tahapan yang melalui suatu gamet dengan aturan-aturan tertentu.
A. Pewarisan Sifat
Pada
setiap proses perkawinan, tidak semua sifat yang ada pada induk atau orangtua
diwariskan kepada anak-anaknya. Apabila salah satu orang tuamu memiliki rambut
ikal (keriting) maka tidak semua anak akan memiliki rambut keriting. Hal ini
karena sifat yang diwariskan berasal dari kedua orangtua, bukan hanya satu.
Pada
kasus rambut keriting, sifat rambut keriting ini bersifat lebih berkuasa
dibandingkan dengan sifat rambut lurus sehingga anak akan lebih banyak memiliki
rambut keriting dibandingkan dengan rambut lurus. Sifat lebih berkuasa rambut
keriting ini dinamakan dengan dominan dan sifat rambut lurus dinamakan resesif.
Rambut
lurus disebabkan karena ada interaksi gen resesif dari ibu dan ayah. Dalam ilmu
Genetika, bentuk rambut yang dihasilkan dari interaksi gen itu disebut dengan
fenotipe (penampakan), sedangkan interaksi gen di dalam tubuh diartikan sebagai
genotipe (penyebab penampakan sifat). Genotipe biasanya dituliskan dalam suatu
simbol-simbol yang menjelaskan suatu sifat. Sifat yang dominan ditulis dengan
huruf besar dan sifat resesif ditulis dalam huruf kecil.
B. Pola-Pola Hereditas
Pewarisan
sifat dari induk kepada turunannya mengikuti suatu pola hereditas (pewarisan
sifat) tertentu. Pola pewarisan sifat pertama kali diamati oleh Mendel. Setelah
diteliti lebih lanjut, para ilmuwan mendapati perbedaanperbedaan yang tidak
sesuai dengan pola yang dikemukakan Mendel, antara lain penyimpangan semu hukum
Mendel, pautan dan pindahan silang, determinasi seks, dan gen letal.
1.
Hukum
Mendel
Pewarisan sifat
dipelajari pertama kali oleh Gregor
Johann Mendel (1822–1884). Mendel melakukan percobaan pewarisan sifat pada
tanaman ercis (Pisum sativum).
Ada beberapa alasan
mengapa tanaman ercis dipilih oleh Mendel untuk memulai percobaannya ini, di
antaranya sebagai berikut.
a. Tanaman ercis (Pisum
sativum) memiliki variasi yang cukup kontras, di antaranya :
a. warna biji : kuning
dan hijau
b. kulit biji : kisut
dan halus
c. bentuk buah/polong :
halus dan bergelombang
d. warna bunga : ungu
dan putih
e. tinggi batang :
panjang dan pendek
f. posisi bunga :
aksial (ketiak daun) dan terminal (ujung batang)
b. Dapat melakukan
penyerbukan sendiri
c. Cepat menghasilkan
keturunan
d. Mudah
dikawinsilangkan
Dalam percobaannya,
Mendel selalu menuliskan perihal data yang diperolehnya dan menemukan suatu
keteraturan jumlah perbandingan pada setiap sifat yang dikawinkannya tersebut. Seluruh
hasil pengamatan terhadap percobaannya itu menghasilkan perbandingan 3 : 1.
Dari percobaan pertamanya ini, Mendel kemudian merumuskan suatu hipotesis bahwa
sifat yang ada pada organisme akan diturunkan secara bebas atau dikenal dengan Hukum I Mendel.
a.
Monohibrid
Persilangan monohibrid
merupakan persilangan yang hanya menggunakan satu macam gen yang berbeda atau
menggunakan satu tanda beda. Ada pasangan gen pada kromosom homolognya yang
berpengaruh terhadap suatu sifat. Melalui percobaan yang dilakukan oleh Mendel
maka dapat lebih mengerti mengenai pengaruh alel yang memberikan variasi pada
bentuk atau fenotipe makhluk hidup.
Mendel mengawinkan
bunga ercis berwana ungu dengan bunga ercis berwarna putih. Perkawinan induk
ini dinamakan dengan parental (P). Hasil perbandingan anakan yang diperoleh
disebut dengan filial (F).
Hasil perkawinan pertama
adalah seluruhnya memiliki warna bunga ungu. Tumbuhan kacang ercis sesama bunga
ungu ini lalu dikawinkan sesamanya dan diperoleh hasil 3 bunga ungu berbanding
satu bunga putih.
b.
Dihibrid
Persilangan dihibrid
merupakan persilangan yang menggunakan dua tanda beda atau dua pasangan
kromosom yang berbeda. Suatu sifat dari organisme tidak hanya diturunkan
melalui satu jenis alel saja, tetapi beberapa sifat juga dapat diturunkan oleh
beberapa alel secara bersamaan.
Sifat ini dipelajari
oleh Mendel dalam percobaan kacang ercisnya. Mendel melihat adanya beberapa
sifat kacang ercis yang disilangkan muncul dalam generasi selanjutnya. Ia mulai
dengan menyilangkan dua sifat beda, seperti kacang ercis biji bulat warna kuning
dengan biji kisut warna hijau.
Jika kacang ercis biji
bulat adalah BB dan kacang ercis biji warna kuning adalah KK maka kacang ercis
biji bulat warna kuning adalah BBKK dan kacang ercis biji kisut warna hijau
adalah bbkk. Dari persilangan parental kacang ercis biji bulat warna kuning
(BBKK) dengan kacang ercis biji kisut warna hijau (bbkk), warna kuning
seluruhnya (BbKk).
Dari percobaan ini,
Mendel menemukan bahwa setiap sifat dari kedua induk diturunkan secara bebas
dan tidak terikat dengan sifat yang lainnya sehingga Mendel menamakannya hukum
pemisahan secara bebas atau disebut Hukum
II Mendel. Jika terdapat dua individu berbeda dalam dua sifat atau lebih
maka sifat yang satu akan diturunkan tidak bergantung pada pasangan sifat
lainnya.
2.
Penyimpangan
Semu Hukum Mendel
Pada tahun 1906, W. Bateson dan R.C Punnet menemukan bahwa pada persilangan F2 dapat menghasilkan
rasio fenotipe 14 : 1 : 1 : 3. Mereka menyilangkan kacang kapri berbunga ungu
yang serbuk sarinya lonjong dengan bunga merah yang serbuk sarinya bulat. Rasio
fenotipe dari keturunan ini menyimpang dari hukum Mendel yang seharusnya pada
keturunan kedua (F2) perbandingan rasionya 9 : 3 : 3 : 1.
Tahun 1910 T.H. Morgan, seorang sarjana Amerika
dapat memecahkan misteri tersebut. Morgan menemukan bahwa kromosom mengandung
banyak gen dan mekanisme pewarisannya menyimpang dari Hukum II Mendel. Pada
lalat buah, sampai saat ini telah diketahui kira-kira ada 5.000 gen, sedangkan
lalat buah hanya memiliki 4 pasang kromosom saja. Berarti, pada sebuah kromosom
tidak terdapat sebuah gen saja, melainkan puluhan bahkan ratusan gen.
Pada umumnya, gen
memiliki pekerjaan sendiri-sendiri untuk menumbuhkan sifat, tetapi ada beberapa
gen yang berinteraksi atau dipengaruhi oleh gen lain untuk menumbuhkan sifat.
Gen tersebut mungkin terdapat pada kromosom yang sama atau pada kromosom yang
berbeda.
Interaksi antargen akan
menimbulkan perbandingan fenotipe yang keturunannya menyimpang dari hukum
Mendel, keadaan ini disebut penyimpangan semu hukum Mendel. Jika pada
persilangan dihibrid, menurut Mendel perbandingan fenotipe F2 adalah 9 : 3 : 3
: 1, pada penyimpangan semu perbandingan tersebut dapat menjadi (9 : 3 : 4), (9
: 7), atau (12 : 3 : 1). Perbandingan tersebut merupakan modifikasi dari 9 : 3
: 3 : 1. Interaksi gen yang menyebabkan terjadinya penyimpangan hukum Mendel terdapat
4 bentuk, yaitu atavisme, kriptomeri, polimeri, epistasis, hipostasis, dan
komplementer.
a.
Atavisme
(Interaksi Gen)
Atavisme atau interaksi
bentuk pada pial (jengger) ayam diungkap pertama kali oleh W. Bateson dan R.C. Punnet.
Karakter jengger tidak hanya diatur oleh satu gen, tetapi oleh dua gen yang
berinteraksi. Pada beberapa jenis ayam, gen R mengatur jengger untuk bentuk
ros, gen P untuk fenotipe pea, gen R dan gen P jika bertemu membentuk fenotipe
walnut. Adapun gen r bertemu p menimbulkan fenotipe singel.
Berbeda dengan
persilangan yang dilakukan oleh Mendel dengan kacang ercisnya maka sifat dua
buah bentuk jengger dalam satu ayam sangatlah ganjil. Dengan adanya interaksi
antara dua gen dominan dan gen resesif seluruhnya akan menghasilkan variasi
fenotipe baru, yakni ros dan pea.
Gen dominan R yang
berinteraksi dengan gen resesif P akan menghasilkan bentuk jengger ros dan gen
resesif r yang bertemu dengan gen dominan P akan menghasilkan bentuk jengger
pea. Perbedaan bentuk jengger ayam ini dinamakan dengan atavisme.
b.
Kriptomeri
Salah satu penyimpangan
dari hukum Mendel adalah adanya kriptomeri, yaitu gen dengan sifat dominan yang
hanya akan muncul jika hadir bersama dengan gen dominan lainnya. Peristiwa ini
pertama kali diamati oleh Correns
pada saat pertama kali mendapatkan hasil perbandingan persilangan bunga Linaria
maroccana dari galur alaminya yaitu warna merah dan putih. Hasil F1 dari
persilangan tersebut ternyata menghasilkan bunga berwarna ungu seluruhnya.
Dari hasil persilangan
antara generasi F1 berwarna ungu ini, dihasilkan generasi Linaria maroccana dengan perbandingan F2 keseluruhan antara bunga
warna ungu : merah : putih adalah 9 : 3 : 4.
c.
Polimeri
Salah satu tujuan dari
persilangan adalah menghasilkan varietas yang diinginkan atau hadirnya varietas
baru. Dari persilangan yang dilakukan oleh Nelson
Ehle pada gandum dengan warna biji merah dengan putih, ia menemukan variasi
warna merah yang dihasilkan pada keturunannya.
Peristiwa ini mirip
dengan persilangan dihibrid tidak dominan sempurna yang menghasilkan warna
peralihan seperti merah muda. Hanya saja, warna yang dihasilkan ini tidak hanya
dikontrol oleh satu pasang gen saja, melainkan oleh dua gen yang berbeda lokus,
namun masih memengaruhi terhadap sifat yang sama. Peristiwa ini dinamakan
dengan polimeri.
d.
Epistasis
dan Hipostasis
Dalam interaksi
beberapa gen ini, kadang salah satu gen bersifat menutupi baik terhadap alelnya
dan alel lainnya. Sifat ini dikenal dengan nama epistasis dan hipostatis.
Epistasis adalah sifat yang menutupi, sedangkan hipostasis adalah sifat yang
ditutupi.
Pasangan gen yang
menutup sifat lain tersebut dapat berupa gen resesif atau gen dominan. Apabila
pasangan gen dominan yang menyebabkan epistasis, prosesnya dinamakan dengan
epistasis dominan, sedangkan jika penyebabnya adalah pasangan gen resesif,
prosesnya dinamakan dengan epistasis resesif. Peristiwa epistasis ini dapat
ditemukan pada pembentukan warna biji tanaman sejenis gandum dan pembentukan
warna kulit labu (Cucurbita pepo).
e.
Komplementer
Salah satu tipe interaksi gen-gen
pada organisme adalah saling mendukung munculnya suatu fenotipe atau sifat. W.
Bateson dan R.C. Punnet yang bekerja pada bunga Lathyrus adoratus menemukan kenyataan ini. Mereka melakukan
persilangan sesama bunga putih dan menghasilkan keturunan F2 bunga berwana ungu
seluruhnya. Pada persilangan bunga-bunga berwarna ungu F2, ternyata dihasilkan
bunga dengan warna putih dalam jumlah yang banyak dan berbeda dengan perkiraan
sebelumnya, baik hukum Mendel atau sifat kriptomeri.
Macam-Macam Pola Pewarisan Sifat Organisme
Reviewed by Unknown
on
Maret 21, 2018
Rating:
Tidak ada komentar: